Trump Bakal Gunakan Militer Cegah Iran Kuasai Senjata Nuklir
Rabu, 19 Juni 2019 15:05 WIB
TEMPO.CO, Washington – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengatakan mempertimbangkan akan mengerahkan kekuatan militer untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir.
Baca juga: Trump Salahkan Penasehatnya Arahkan AS Perang dengan Iran
Namun, Trump tidak memastikan apakah dia akan menggunakan militer untuk melindungi suplai minyak jika terganggu di Selat Hormuz. Iran telah mengancam akan menutup akses Selat Hormuz jika terkena blokade larangan penjualan minyak mentah oleh AS.
“Saya tentu akan melakukannya jika terkait dengan senjata nuklir. Dan saya membiarkan pertanyaan soal satunya lagi tetap terbuka,” kata Trump dalam wawancara dengan Time seperti dikutip Reuters pada Selasa, 18 Juni 2019.
Baca juga: Trump Sebut Korps Garda Revolusi Iran sebagai Organisasi Teroris
Pernyataan Trump ini berbeda dengan pernyataan sejumlah anggota Kongres dari Partai Republik, yang mengusung Trump sebagai Presiden pada pemilu 2016.
Mereka mendesak AS melakukan aksi militer terhadap Iran pasca terjadinya serangan baru-baru ini terhadap dua kapal tanker asal Norwegia dan Japang di Teluk Oman.
Trump malah menyebut insiden terbakarnya dua kapal tanker ini sebagai insiden minor atau kecil.
Trump sendiri menyalahkan Iran atas insiden itu berdasarkan rekaman video dari militer AS, yang berjaga di sekitar Selat Hormuz.
Baca juga: Pemerintah Iran Sebut Tudingan Trump Sabotase Diplomasi
Menurut Trump, sikap Iran belakangan ini cenderung kurang bermusuhan terhadap AS sejak dia menjadi Presiden.
“Jika Anda melihat retorika saat ini dibandingkan saat mereka menandatangani perjanjian nuklir 2015, saat itu slogannya selalu ‘kematian untuk Amerika, kematian untuk Amerika, kami akan menghancurkan Amerika, kami akan bunuh Amerika,’ Sekarang saya tidak mendengar itu terlalu banyak,” kata Trump kepada Time. “Saya harap itu tidak terjadi.”
Baca juga: Trump Tuding Kapal Garda Revolusi Iran Serang Kapal Tanker
Seperti dilansir Channel News Asia, hubungan AS dan Iran memburuk setelah Trump menyatakan keluar dari Perjanjian Nuklir Iran 2015 pada 2018. Perjanjian ini diteken pada masa Presiden Barack Obama. Sejumlah negara besar mendukung perjanjian ini seperti Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, dan Cina.
Trump ingin menggelar pertemuan bilateral dengan pemerintah Iran membahas isu nuklir dan rudal balistik. Iran menolak dan mengatakan pembicaraan kedua negara akan terjadi jika Trump kembali mendukung perjanjian nuklir 2015. Perjanjian nuklir Iran membatasi Teheran dalam melakukan pengayaan uranium pada level rendah sekitar 3-4 persen untuk tujuan sipil.