Konglomerat Hong Kong Pindahkan Uang karena RUU Ekstradisi?

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Sabtu, 15 Juni 2019 08:01 WIB

Warga membersihkan sampah yang tersisa dari demo menolak RUU Ekstradisi di Hong Kong, Cina, 13 Juni 2019. Aksi menolak RUU Ekstradisi sempat berujung bentrokan antara massa dengan polisi. REUTERS/Thomas Peter

TEMPO.CO, Hong Kong – Sejumlah konglomerat Hong Kong dikabarkan mulai mengalihkan aset yang dimilikinya ke negara lain pasca merebaknya kontroversi pembahasan RUU Ekstradisi.

Baca juga: 5 Poin Menarik Soal Kontroversi RUU Ekstradisi Hong Kong

Ini karena RUU itu menimbulkan kekhawatiran tersangka kriminal bisa diekstradisi ke Cina, yang memiliki sistem hukum tidak transparan seperti di Hong Kong.

Seorang konglomerat mengatakan dia mulai mengalihkan penyimpanan uang senilai US$100 juta atau sekitar Rp1.4 triliun ke sebuah rekening di Singapura.

Advertising
Advertising

“Ini sudah dimulai. Kami mendengar yang lain juga melakukannya. Tapi tidak seorangpun akan melakukan parade bahwa dia meninggalkan Hong Kong,” kata seorang penasehat keuangan seperti dilansir Channel News Asia mengutip Reuters pada Jumat, 14 Juni 2019.

Baca juga: Cina Dukung Hong Kong Soal RUU Ekstradisi

Penasehat keuangan yang meminta identitasnya dirahasiakan ini melanjutkan,”Ada kekhawatiran Beijing bisa mendapatkan aset Anda di Hong Kong. Singapura menjadi destinasi penyimpanan aset yang favorit.”

Hong Kong dan Singapura berkompetisi secara ketat menjadi pusat keuangan internasional. Jumlah kekayaan yang dimiliki para konglomerat Hong Kong membuat wilayah semi-otonomi ini menjadi pangkalan dana pribadi yang lebih besar.

Baca juga: Unjuk Rasa Menolak RUU Ekstradisi Hong Kong Digelar di Sydney

Menurut laporan dari lembaga keuangan Credit Suisse, ada sekitar 853 individu yang memiliki dana di atas US$100 juta. Ini membuat jumlahnya lebih dari dua kali lipat jumlah di Singapura.

RUU Ekstradisi yang sedang dibahas di Hong Kong saat ini menimbulkan kekhawatiran bagi warga, ekspatriat ataupun turis yang sedang melakukan perjalanan di sana.

Ketentuan ekstradisi yang diatur dianggap mengancam kedaulatan hukum Hong Kong, yang menjadi ciri khas sebagai pusat keuangan global.

Kepala Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, seperti dilansir Reuters sebelumnya, mengatakan tetap bakal menyelesaikan pembahasan RUU Ekstradisi ini. Dia beralasan ketentuan ekstradisi itu bisa menutup celah hukum yang kerap dimanfaatkan oleh para buron, yang membuat masalah di Cina.

Baca juga: Empat Organisasi Jurnalis Tolak RUU Ekstradisi Hong Kong

Menurut dia, pengadilan akan tetap menjaga HAM publik dalam penerapan ketentuan ini.

Sikap pemerintah ini memicu dua kali aksi unjuk rasa pada Ahad, yang diperkirakan diikuti ratusan ribu orang, dan aksi unjuk rasa kedua pada Rabu kemarin, yang berakhir bentrok.

Polisi menembaki pengunjuk rasa menggunakan peluru karet dan gas air mata. Mereka juga menggunakan tongkat serta semprotan merica untuk membubarkan massa yang memaksa masuk ke gedung parlemen, tempat pembahasan RUU Ekstradisi sedang berlangsung.

Akibat kerusuhan ini, pemerintah dan parlemen atau Dewan Legislatif Hong Kong memutuskan untuk menunda tanpa batas waktu pembahasan RUU kontroversial ini. Belakangan muncul isu pemerintah kemungkinan tidak akan mengejar target pengesahan yaitu pada 20 Juni sehingga bisa molor hingga Juli atau seusai masa reses.

Berita terkait

Kisah Besi Beton 'Banci' Produksi Investor Asal Cina yang Disidak Zulhas

12 menit lalu

Kisah Besi Beton 'Banci' Produksi Investor Asal Cina yang Disidak Zulhas

Mendag Zulkifli Hasan menginspeksi mendadak sebuah pabrik baja milik investor Cina yang meproduksi baja ilegal tidak sesuai SNI.

Baca Selengkapnya

Seperti Dongeng, Kisah Cinta Li Ran Perempuan Cina yang Dinikahi Pangeran Belgia

1 jam lalu

Seperti Dongeng, Kisah Cinta Li Ran Perempuan Cina yang Dinikahi Pangeran Belgia

Seorang perempuan Cina merebut hati Pangeran Charles dan Belgia. Kisah percintaan mereka seperti dalam dongeng.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Sumber Kekayaan Iran hingga Pertemuan Hamas-Fatah di Beijing

5 jam lalu

Top 3 Dunia: Sumber Kekayaan Iran hingga Pertemuan Hamas-Fatah di Beijing

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 27 April 2024 diawali oleh berita soal lima sumber kekayaan negara Iran, yang sedang menghadapi ketegangan dengan Israel

Baca Selengkapnya

Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal Produksi Pabrik Milik Cina

8 jam lalu

Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal Produksi Pabrik Milik Cina

Sebuah pabrik baja Cina, PT Hwa Hok Steel, terungkap memproduksi baja tulangan beton tidak sesuai SNI sehingga produk mereka dinyatakan ilegal.

Baca Selengkapnya

Hong Kong Meluncurkan Tiket Bus Khusus untuk Wisatawan

14 jam lalu

Hong Kong Meluncurkan Tiket Bus Khusus untuk Wisatawan

Mulai Sabtu, 27 Juli 2024, salah satu operator bus di Hong Kong menerapkan tiket satu hari tanpa batas untuk wisatawan

Baca Selengkapnya

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

17 jam lalu

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

Filipina menyangkal klaim Beijing yang menyebut kedua negara telah mencapai kata sepakat terkait sengketa Laut Cina Selatan

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Begini Komentar Gregoria Mariska Tunjung Sumbang Poin Pertama untuk Indonesia saat Lawan Hong Kong

19 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Begini Komentar Gregoria Mariska Tunjung Sumbang Poin Pertama untuk Indonesia saat Lawan Hong Kong

Gregoria Mariska Tunjung mengalahkan Yeng Sum Yee dalam 32 menit untuk memastikan satu poin bagi Indonesia lawan Hong Kong di Grup c Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Cina Turun Tangan Pertemukan Fatah dan Hamas di Beijing

20 jam lalu

Cina Turun Tangan Pertemukan Fatah dan Hamas di Beijing

Pemerintah Cina turun tangan mempertemukan dua kelompok berseteru di Palestina yaitu Fatah dan Hamas

Baca Selengkapnya

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

22 jam lalu

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas melantik Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama atau Pejabat Eselon I dan II Kementerian Perdagangan.

Baca Selengkapnya

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

1 hari lalu

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

Rencana pembukaan lahan 1 juta hektar untuk padi Cina di Kalimantan menuai pro dan kontra. Cara mendaftar menjadi penerima subsidi LPG 3 kilogram.

Baca Selengkapnya