Amnesty: Militer Myanmar Culik dan Siksa Warga Sipil di Rakhine

Kamis, 30 Mei 2019 10:04 WIB

Sepuluh orang Rohingya ditangkap pada 1 September 2017 di desa Inn Din. Keesokan harinya, tentara Myanmar dan penduduk desa menembak dan memukuli mereka sampai mati. Foto diperoleh dari seorang penduduk desa dan dikonfirmasi keasliannya oleh Reuters.[Reuters]

TEMPO.CO, Jakarta - Amnesty International menemukan bukti militer Myanmar melakukan kejahatan perang dan pelanggaran HAM selama operasi militer di Rakhine.

Laporan terbaru berjudul "No one can protect us": War crimes and abuses in Myanmar’s Rakhine State, menunjukkan militer Myanmar, yang juga dikenal dengan Tatmadaw, membunuh dan melukai warga sipil dalam serangan sejak Januari 2019. Tatmadaw juga melakukan eksekusi di luar hukum, penangkapan tanpa proses peradilan, penyiksaan dan bahkan penghilangan paksa.

Menurut temuan yang dikutip langsung dari situs Amnesty International, amnesty.org, 30 Mei 2019, operasi militer di Rakhine masih berlangsung dan ada kemungkinan pelanggaran HAM akan bertambah.

Baca juga: Pengadilan Myanmar Perintahkan Tangkap Biksu Penghasut, Wirathu

"Operasi baru di Negara Bagian Rakhine menunjukkan militer yang tidak menyesal, tidak mawas diri, dan tidak bertanggung jawab meneror warga sipil dan melakukan pelanggaran yang meluas sebagai taktik yang disengaja," kata Nicholas Bequelin, Direktur Regional Amnesty untuk Asia Timur dan Asia Tenggara.

Advertising
Advertising

Laporan ini meninjau operasi militer menyusul serangan ke pos polisi oleh Arakan Army, kelompok bersenjata Rakhine, pada 4 Januari 2019. Pemerintah kemudian melancarkan operasi militer untuk membalas Arakan Army.

Amnesty International melakukan 81 wawancara, termasuk 54 wawancara di lapangan di Negara Bagian Rakhine pada akhir Maret 2019 dan 27 wawancara jarak jauh dengan orang-orang yang tinggal di daerah yang terkena dampak konflik. Mereka termasuk warga etnis Rakhine, Mro, Rohingya, dan Khami, yang beragama Budha, Kristen, dan Islam.

Baca juga: Konflik Arakan Army Versus Militer Myanmar, 4.500 Warga Mengungsi

Amnesty itu juga meninjau foto, video, dan citra satelit, dan mewawancarai pejabat kemanusiaan, aktivis hak asasi manusia, dan pakar lainnya.

Arakan Army diperkirakan memiliki kekuatan tempur hingga 7.000 pasukan.
Arakan Army didirikan pada tahun 2009, dan mereka telah berjuang bersama organisasi bersenjata etnis lainnya di Myanmar utara dan dalam beberapa tahun terakhir terlibat pertempuran secara sporadis dengan militer di Rakhine dan Negara Bagian tetangganya, Chin. Pertempuran semakin intensif pada akhir 2018.

Bukti pelanggaran HAM

<!--more-->

Laporan baru Amnesty International mengungkap bukti pelanggaran yang dilakukan oleh pasukan militer yang terlibat dalam kejahatan kekejaman di masa lalu, termasuk divisi dan batalion khusus di bawah Komando Barat.

Amnesty International telah mengkonfirmasi lebih lanjut bahwa unit-unit yang baru dikerahkan dari Divisi Light Infantri ke-22 dan ke-55 (LID) bertanggung jawab atas banyak pelanggaran baru ini.

Dari wawancara dan bukti lain, termasuk citra satelit, Amnesty International mendokumentasikan tujuh serangan melanggar hukum yang menewaskan 14 warga sipil dan melukai sedikitnya 29 lainnya.

Baca juga: Indonesia Diminta Terus Suarakan Genosida Rohingya di Myanmar

Sebagian besar serangan ini tidak pandang bulu, dan beberapa mungkin merupakan serangan langsung terhadap warga sipil. Dalam satu insiden pada akhir Januari, seorang bocah lelaki etnis Rakhine berusia tujuh tahun meninggal setelah mortir yang ditembakan oleh militer Myanmar meledak di desa Tha Mee Hla, Kotapraja Rathedaung, selama pertempuran antara militer dan Arakan Army.

Meskipun bocah itu terluka parah, butuh beberapa jam sebelum tentara Myanmar memberi izin keluarganya untuk membawanya ke rumah sakit. Namun dia meninggal pada hari berikutnya.

Dalam insiden lain pada pertengahan Maret, sebuah mortir militer Myanmar meledak di desa Ywar Haung Taw, Kotapraja Mrauk-U, melukai setidaknya empat orang dan menghancurkan sebuah rumah milik Hla Shwe Maung, seorang pria etnis Rakhine berusia 37 tahun.

Gambar dari satelit DigitalGlobe pada 2 Desember 2017, menunjukkan desa Myin Hlut, yang berada sekitar 25 kilometer (15 mil) Tenggara Maungdaw, negara bagian Rakhine, Myanmar. Gambar satelit ini menunjukkan bahwa puluhan desa dan dusun telah benar-benar diratakan oleh pihak berwenang yakni militer Myanmar. Operasi brutal pada Agustus lalu membuat ratusan ribu orang Rohingya mengungsi ke Bangladesh. (DigitalGlobe via AP)

Tinjauan citra satelit mengkonfirmasi kehancuran sebuah bangunan di desa Ywar Haung Taw, serta kehadiran artileri baru di pangkalan polisi di dekatnya.

Pada 3 April 2019, sebuah helikopter militer menembaki para pekerja Rohingya yang sedang memotong bambu, menewaskan sedikitnya enam pria dan anak lelaki dan melukai setidaknya 13 lainnya.

Amnesty International juga mendokumentasikan bagaimana militer mengambil posisi di dalam kompleks kuil kuno Mrauk-U dan menembak secara membabi buta.

Citra satelit mengkonfirmasi keberadaan artileri yang dekat dengan kuil, dan foto-foto menunjukkan perusakan situs kuil.

Amnesty International lebih lanjut mendokumentasikan tujuh kasus penangkapan sewenang-wenang di Negara Bagian Rakhine sejak Januari 2019.

Baca juga: Pembunuhan 10 Laki-laki Rohingya, 7 Tentara Myanmar Dibebaskan

Amnesty International juga mendokumentasikan penghilangan paksa enam orang: satu etnis Mro dan lima etnis Rakhine, pada pertengahan Februari. Seorang saksi mengatakan dia terakhir melihat salah satu pria dalam tahanan militer. Sejak itu, keluarga tidak memiliki informasi tentang nasib dan keberadaan orang yang mereka cintai.

Lebih dari 30.000 orang telah terlantar dalam kekerasan terakhir selama operasi militer Myanmar di Rakhine, namun pihak berwenang Myanmar telah memblokir akses kemanusiaan ke daerah-daerah yang terkena dampak.

Berita terkait

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

4 jam lalu

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

Sejumlah perusahaan asal Israel diduga menjual teknologi pengintaian atau spyware ke Indonesia. Terungkap dalam investigasi gabungan Tempo dkk

Baca Selengkapnya

Investigasi Tempo Ungkap Perusahaan Israel Diduga Pasok Spyware ke Indonesia sejak 2017

13 jam lalu

Investigasi Tempo Ungkap Perusahaan Israel Diduga Pasok Spyware ke Indonesia sejak 2017

Empat perusahaan Israel diduga memasok spyware dan surveillance ke Indonesia sepanjang 2017-2023. Polri jadi salah satu sasaran target pengguna.

Baca Selengkapnya

Amnesty International Ungkap Rentetan Kekerasan Polisi Terhadap Mahasiswa di Makassar

17 jam lalu

Amnesty International Ungkap Rentetan Kekerasan Polisi Terhadap Mahasiswa di Makassar

Amnesty International Indonesia mendesak polisi segera membebaskan puluhan mahasiswa yang ditangkap saat Hari Buruh dan Hari Pendidikan.

Baca Selengkapnya

Amnesty International Kecam Polisi Masuk ke dalam Kampus dan Menangkap Mahasiswa di Makassar

18 jam lalu

Amnesty International Kecam Polisi Masuk ke dalam Kampus dan Menangkap Mahasiswa di Makassar

Amnesty International kecam kekerasan polisi di dua kampus di Makassar saat Hari Buruh Internasional dan Hari Pendidikan Nasional.

Baca Selengkapnya

Laporan Investigasi: Indonesia Impor Spyware dari Perusahaan Israel

1 hari lalu

Laporan Investigasi: Indonesia Impor Spyware dari Perusahaan Israel

Indonesia dikabarkan tengah mengimpor Indonesia tengah mengimpor sejumlah produk spyware dan pengawasan yang sangat invasif dari Israel.

Baca Selengkapnya

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

2 hari lalu

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

Amnesty International menyiarkan temuan adanya jaringan ekspor spyware dan pengawasan ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

AS Tetapkan 5 Unit Keamanan Israel Lakukan Pelanggaran HAM sebelum Perang Gaza

4 hari lalu

AS Tetapkan 5 Unit Keamanan Israel Lakukan Pelanggaran HAM sebelum Perang Gaza

Deplu Amerika Serikat telah menetapkan 5 unit keamanan Israel melakukan pelanggaran berat HAM sebelum pecah perang di Gaza

Baca Selengkapnya

Apa Kata Media Asing soal Penetapan Prabowo-Gibran sebagai Presiden dan Wakil Presiden?

9 hari lalu

Apa Kata Media Asing soal Penetapan Prabowo-Gibran sebagai Presiden dan Wakil Presiden?

Prabowo-Gibran resmi ditetapkan menjadi presiden dan wakil presiden terpilih oleh KPU. Berikut pemberitaan media asing soal penetapan itu.

Baca Selengkapnya

AS Jatuhkan Sanksi kepada Batalion Netzah Yehuda, Apa Tuduhannya?

11 hari lalu

AS Jatuhkan Sanksi kepada Batalion Netzah Yehuda, Apa Tuduhannya?

Amerika Serikat akan menjatuhkan sanksi terhadap batalion Netzah Yehuda Israel atas perlakuan mereka terhadap warga Palestina di Tepi Barat.

Baca Selengkapnya

Pemimpin Partai Buruh Israel Desak Pembubaran Batalion IDF dengan Sejarah Pelanggaran HAM

12 hari lalu

Pemimpin Partai Buruh Israel Desak Pembubaran Batalion IDF dengan Sejarah Pelanggaran HAM

Pemimpin Partai Buruh Israel mengatakan batalion Netzah Yehuda dalam Pasukan Pertahanan Israel (IDF) membunuh warga Palestina "tanpa alasan yang jelas".

Baca Selengkapnya