Amerika Memburu Terduga Dalang Penyusupan Kantor Kedutaan Korut
Reporter
Non Koresponden
Editor
Suci Sekarwati
Sabtu, 27 April 2019 15:09 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Amerika Serikat memburu seorang aktivis HAM bernama Adrian Hong Chang yang dituding memimpin penyusupan dan penggeledahan kantor Kedutaan Besar Korea Utara di ibu kota Madrid, Spanyol, pada 22 Februari 2019 lalu. Surat penahanan terhadap Hong Chang sudah diterbitkan pada Jumat, 26 April 2019.
Dalam surat penahanan itu disebutkan Hong Chang sebagai dalang atas penggeledahan yang dilakukan oleh tujuh orang di kantor Kedutaan Besar Korea Utara (Korut) di Madrid pada 22 Februari 2019. Hong Chang diketahui awalnya datang ke gedung itu sebagai pengusaha.
Dikutip dari reuters.com, Sabtu, 27 April 2019, pengacara Hong Chang mengatakan Kementerian Kehakiman Amerika Serikat memburu kliennya hanya berdasarkan keterangan dari sumber-sumber yang tak dapat diandalkan, seperti saksi mata dari pemerintah Korea Utara.
Baca: Duta Besar Korea Utara yang Membelot Diimbau Berlindung ke Seoul
Baca: 10 Terduga Penyusup Kedutaan Korea Utara di Spanyol Diburu
Dia dan enam rekannya melakukan penyusupan sambil membawa pisau, tongkat besi, korek api dan pistol mainan. Mereka menerobos masuk kantor Kedutaan Korea Utara di Madrir, melakukan penahanan pada penjaga di sana dan pemukulan pada sejumlah pegawai kedutaan serta menahan mereka selama beberapa jam sebelum akhirnya melarikan diri dengan membawa sejumlah komputer dan ponsel milik Kedutaan. Para penyusup itu diduga kabur ke Amerika Serikat.
Barang-barang yang dicuri itu beberapa hari kemudian oleh Hong Chang diserahkan ke FBI di New York, Amerika Serikat. Sebuah pengadilan di Spanyol pada awal pekan lalu menyebut FBI menyerahkan barang-barang itu ke otoritas Spanyol dan kemudian diteruskan ke perwakilan Pyongyang di ibu kota Madrid.
Tindak penyusupan dan penggeledahan kantor kedutaan Korea Utara di Spanyol terjadi beberapa hari sebelum Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un melakukan pertemuan kedua di kota Hanoi, Vietnam. Pertemuan itu tak membuahkan hasil soal nasib program senjata nuklir Pyongyang.
Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengatakan insiden penyusupan dan penggeledahan pada Februari lalu sebuah serangan teroris dan menduga FBI menjadi bagian dari tindakan tersebut. Tuduhan itu dibantah oleh Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat dengan mengatakan Washington tidak ada sangkut-pautnya dengan peristiwa tersebut.