Lembaga Monitor Sebut Pemilu Thailand Untungkan Junta Militer

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Selasa, 26 Maret 2019 17:31 WIB

Wanita Suku Kayan mencari namanya dalam daftar pemilih di tempat pemungutan suara (TPS) di Sekolah Ban Huadua, Mae Hong Son, Thailand, Ahad, 24 Maret 2019. Pemilu yang diselenggarakan hampir lima tahun setelah kudeta militer ini, diharapkan menjadi wadah transisi dari pemerintahan militer atau Junta ke pemerintahan demokratis. REUTERS

TEMPO.CO, Bangkok – Sebuah lembaga pengawas pemilu dari Asia mengatakan pelaksanaan pemilu Thailand pada akhir pekan lalu cenderung menguntungkan partai yang mendukung junta militer.

Baca:

Asian Network for Free Elections mengkritik proses penghitungan suara pemilu Thailand, yang menimbulkan ketidakpercayaan publik.

“Kondisi luas yang tercipta cenderung menguntungkan junta militer,” kata Amael Vier, seorang pengurus dari ANFREL, yang merupakan lembaga nirlaba untuk mempomosikan pemilu yang demokratis, seperti dilansir Reuters pada Selasa, 26 Maret 2019.

Advertising
Advertising

Dua hari pasca pemilu yang digelar pada Ahad, 24 Maret 2019, masih terjadi kebingungan mengenai hasil penghitungan suara yang legitimasi. Ini menyurutkan harapan bahwa pemilu pertama sejak kudeta militer 2014 bakal mengakhiri goncangan politik selama 15 tahun di negara ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara itu.

Baca:

ANFREL, yang berbasis di Bangkok, belum menyimpulkan bahwa terjadi kecurangan dalam pemilu, yang diklaim menang oleh partai pendukung junta yaitu Partai Phalang Pracharat dan Partai Pheu Thai, yang terkait dengan pemimpin oposisi bekas PM Thaksi Shinawatra.

“Banyak orang menyuarakan ketidak-percayaan terhadap proses pemilu yang berlangsung,” kata Amael.

Saat ini, Komisi Pemilu Thailand belum bisa dimintai komentar. Sebelumnya, komisi menolak tudingan adanya kecurangan dalam proses penghitungan suara.

Baca:

Meski hasil penghitungan suara baru sebagian, partai pendukung junta militer Prayuth Chan-ocha mengatakan membentuk koalisi untuk membentuk pemerintah.

Namun, pengurus Partai Pheu Thai menuding terjadi banyak kejanggalan dalam proses pemilu dan mempertimbangkan langkah hukum. Partai ini juga sedang membentuk koalisi untuk pemerintahan.

Kepastian siapa pemenang pemilu bakal membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk mengetahui apakah partai dari front demokrasi atau front junta militer yang memenangkan pemerintahan.

Hasil tidak resmi untuk kursi di DPR yang dirilis KPU pada Senin menunjukkan Pheu Thai mendapat 137 kursi dan 97 kursi untuk Partai Phalang.

Baca:

Meliput Pemilu Thailand: Bangkok Aman di Tengah Riuh Politik

KPU Thailand menyalahkan kesalahan manusia untuk kejanggalan dan penundaan pengumuman penghitungan suara yang terjadi. Sedangkan pemimpin junta militer Prayuth bakal bicara ke publik pada Selasa sore ini.

Secara terpisah Uni Eropa dan Inggris mendesak Thailand agar menyelesaikan berbagai kasus kejanggalan dalam pelaksanaan pemilu.

“Penting untuk mengusut semua kejanggalan yang dilaporkan secara cepat, adil dan transparan. Ini untuk menjamin kredibilitas dan memberi hasil yang jelas secepat mungkin,” Mark Field, menteri Inggris Urusan Asia dan Pasifik, soal pemilu Thailand seperti dilansir Khaosod English.

Berita terkait

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

10 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

14 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

17 hari lalu

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

22 hari lalu

Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

Thailand membuka menyatakan bisa menampung maksimal 100.000 orang warga Myanmar yang mengungsi.

Baca Selengkapnya

Mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra Hadapi Dakwaan Penghinaan Kerajaan

20 Februari 2024

Mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra Hadapi Dakwaan Penghinaan Kerajaan

Mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra hadapi kasus lese majeste atau penghinaan terhadap kerajaan terkait dengan komentarnya di Seoul pada Mei 2015.

Baca Selengkapnya

Ribuan Orang Tinggalkan Myanmar, Rela Tidur di Depan Kedutaan

19 Februari 2024

Ribuan Orang Tinggalkan Myanmar, Rela Tidur di Depan Kedutaan

Ribuan pemuda dari Myanmar berusaha meninggalkan negara itu untuk menghindari wajib militer.

Baca Selengkapnya

Mengenal Eks-PM Thailand Thaksin Shinawatra yang Dibenci tapi juga Dicintai

18 Februari 2024

Mengenal Eks-PM Thailand Thaksin Shinawatra yang Dibenci tapi juga Dicintai

Miliarder Thailand, mantan PM Thaksin Shinawatra, dibebaskan, menikmati kebebasan setelah hampir 16 tahun lalu lari untuk menghindari penjara.

Baca Selengkapnya

Mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra Dijadwalkan Bebas Hari Ini

18 Februari 2024

Mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra Dijadwalkan Bebas Hari Ini

Meskipun diberikan pembebasan bersyarat, eks PM Thailand Thaksin Shinawatra bisa menghadapi masalah hukum atas tuduhan menghina monarki pada 2015.

Baca Selengkapnya

Junta Myanmar Terapkan Wajib Militer untuk Remaja 18 Tahun Mulai April

14 Februari 2024

Junta Myanmar Terapkan Wajib Militer untuk Remaja 18 Tahun Mulai April

Remaja usia 18 tahun ke atas akan menjalani wajib militer di Myanmar mulai April.

Baca Selengkapnya

Pengadilan Thailand Bebaskan Pita Limjaroenrat dari Tuduhan Pelanggaran UU Pemilu

24 Januari 2024

Pengadilan Thailand Bebaskan Pita Limjaroenrat dari Tuduhan Pelanggaran UU Pemilu

Mantan calon perdana menteri Thailand paling populer di kalangan muda, Pita Limjaroenrat dapat tetap menjadi anggota parlemen.

Baca Selengkapnya