Macron Naikkan BBM, Istana Presiden Prancis Diserbu Demonstran
Reporter
Non Koresponden
Editor
Eka Yudha Saputra
Minggu, 25 November 2018 12:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Demonstrasi pecah di depan istana kepresidenan Prancis di Paris setelah Presiden Emmanuel Macron mengumumkan kenaikan harga BBM.
Jalan Champs-Elysees, yang dihias oleh perancang busana ternama Karl Lagerfeld untuk Hari Raya Natal beberapa hari lalu, berubah dengan nyala api pengunjuk rasa.
Baca: 280 Ribu Orang Prancis Unjuk Rasa Menentang Pajak BBM Macron
Presiden Emmanuel Macron berterima kasih kepada kepolisian karena keberanian dan profesionalisme dalam menangani para demonstran di Champs Elysees.
"Malu kepada mereka yang menyerang mereka...Tidak ada ruang untuk kekerasan ini di Republik," kata Macron di Twitter, seperti dilaporkan dari Reuters, 25 November 2018.
Selama bentrokan sebuah truk trailer dibakar dan meledak di Champs Elysees, yang merupakan lokasi wisata populer Prancis. Seorang pria yang mencoba menyerang pemadam kebakaran berhasil dicegah oleh sejumlah demonstran.
Di Avenue de Friedland, polisi menembakkan peluru karet untuk mengendalikan demonstran, yang membawa bendera atau slogan pengunduran diri Macron.
Baca: Di Depan Trump, Presiden Macron Sebut Nasionalisme Pengkhianatan
Sekitar 8.000 orang pengunjuk rasa berkumpul di Champs Elysees dan ditahan polisi setelah berupaya masuk ke Istana Elysee. Polisi menahan 130 orang di Paris dan di kota lain di seluruh Prancis.
Pengunjuk rasa menentang pajak yang diperkenalkan Macron tahun lalu pada solar dan bensin yang direncanakan untuk mendorong orang-orang beralih ke bentuk transportasi yang lebih bersih. Selain penerapan pajak, pemerintah juga menawarkan insentif untuk membeli kendaraan listrik.
Selama sepekan lebih, pengunjuk rasa mengenakan jaket rompi kuning mengimbau semua pengendara di Prancis harus di dalam mobil mereka dan memblokir jalan raya di seluruh negeri dengan membakar barikade dan konvoi truk, menghalangi akses ke depot bahan bakar, pusat perbelanjaan dan beberapa pabrik.
Menteri Dalam Negeri Prancis Christophe Castaner menuduh pemimpin sayap kanan Marine Le Pen memanasi protes di ibukota.
Baca: Macron Danai 13 Peneliti AS Soal Inisiatif Perubahan Iklim Paris
"Jaringan ultra-kanan memobilisasi (massa) di Champs Elysees," katanya. Ada sekitar 20 orang terluka di Champs Elysees, menurut polisi.
Pada Sabtu 24 November, hampir 300.000 orang ambil bagian dalam demonstrasi rompi kuning pertama di seluruh negeri. Menjelang Sabtu sore, lebih dari 106.000 demonstran ikut dalam protes di seluruh Prancis.
Kerusuhan menjadi dilema bagi Emmanuel Macron yang menganggap dirinya sebagai pehlawan untuk mengatasi perubahan iklim tetapi dikecam karena tidak memandang rakyat kecil.
Baca: Peringatan Perang Dunia I, Presiden Macron Minta Bangun Harapan
Sementara demonstrasi terhadap harga bahan bakar dipicu rasa frustasi yang semakin meluas pada daya beli rumah tangga di bawah pemerintahan Macron yang baru berjalan satu setengah tahun.
Sejak menjabat presiden Prancis, Emmanuel Macron telah menghadapi unjuk rasa serikat buruh yang menentang kebijakan peraturan tenaga kerja yang dianggap lebih berpihak kepada pengusaha.