AS Alokasikan Rp 600 Miliar untuk Lawan Propaganda Rusia dan Cina

Rabu, 31 Oktober 2018 19:05 WIB

Ekspresi tatapan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin saat menggelar pertemuan dalam KTT Amerika Serikat-Rusia di Helsinki, Finlandia, Senin, 16 Juli 2018. Mereka membahas 5 topik di antaranya, tuduhan campur tangan pemilu AS oleh Rusia, krisis Suriah, perjanjian kontrol senjata nuklir, aneksasi Crimea dari Ukraina oleh Rusia dan sanksi Washington terhadap Moskow. Alexei Nikolsky, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP

TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat telah mengalokasikan US$ 40 juta atau sekitar Rp 608 miliar ke Global Engagement Center dalam upaya untuk memerangi propaganda Rusia dan Cina.

"Pada akhir September, Global Engagement Center mewajibkan US$ 40 juta untuk mendukung inisiatif melawan propaganda disinformasi yang disebarkan oleh negara-negara asing," kata Wakil Juru Bicara Departemen Luar Negeri Robert Palladino, dikutip dari Sputniknews, 31 Oktober 2018.

Baca: Rusia Siap Berperang Jika Amerika Serikat Menyerang

"Pendanaan ini akan mendukung berbagai upaya untuk melawan disinformasi dan propaganda Rusia, Iran dan Cina," tambahnya.

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump memberikan konferensi pers bersama di Istana Presiden di Helsinki, Finlandia, pada Senin, 16 Juli 2018. (AP Photo/Pablo Martinez Monsivais)

Advertising
Advertising

AS telah berulang kali menuduh Rusia dan Cina berupaya mempengaruhi pemilihan AS. Sebagai bagian dari upaya menangkal isu ini, Presiden AS Donald Trump pada September menandatangani dokumen yang memungkinkan sanksi dijatuhkan pada negara atau pihak yang bertanggung jawab terlibat ikut campur dalam pemilihan umum AS.

Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton menjelaskan langkah itu bertujuan untuk melindungi Amerika Serikat dari campur tangan asing dalam pemilihan umum AS.

Baca: Menlu Rusia Bilang Dolar Jadi Senjata Amerika untuk Beri Sanksi

Awal tahun ini, Penasihat Khusus Gedung Putih Robert Mueller mendakwa 13 individu Rusia dan tiga perusahaan karena diduga ikut campur tangan dalam pemilihan presiden 2016.
Orang-orang yang disebut peretas Rusia ini diduga membeli iklan Facebook sebagai upaya untuk mempengaruhi opini publik, tetapi bahkan Wakil Jaksa Agung Rod Rosenstein mengakui bahwa tidak ada bukti bahwa hasil pemilihan umum akhir benar-benar dipengaruhi.

Sementara Departemen Kehakiman AS, seperti dilaporkan dari Business Insider, menuduh seorang perempuan Rusia yang memiliki hubungan dengan rekan Presiden Vladimir Putin dengan bersekongkol untuk ikut campur dalam pemilihan paruh waktu AS mendatang.

Bendera Republik Rakyat Cina dan bendera AS berkibar di tiang lampu di sepanjang jalan Pennsylvania Avenue dekat Capitol AS selama kunjungan kenegaraan Presiden China Hu Jintao, di Washington, DC, Amerika Serikat, 18 Januari 2011.[REUTERS/Hyungwon Kang]

Aduan pidana diajukan pada September dan diumumkan secara terbuka pada Jumat 26 Oktober, yang menuduh Elena Khusyaynova berperan dalam kampanye luas untuk mempengaruhi politik Amerika Serikat melalui media sosial, salah satu bukti dugaan upaya Rusia untuk campur tangan dalam urusan domestik Amerika Serikat sejak pilpres 2016.

Kampanye intervensi Rusia yang disebut sebagai Proyek Lakhta, melibatkan pembuatan ribuan media sosial dan akun email, dan memiliki anggaran lebih dari US$ 35 juta atau Rp 532 miliar, ungkap aduan tersebut.

Baca: Ini Balasan Rusia Atas Sanksi Terbaru Amerika

Rusia berulang kali menolak adanya campur tangan apapun dalam pemilihan presiden AS 2016, serta ikut campur dalam urusan negara lain, dan menyebut tuduhan-tuduhan ini tidak masuk akal. Rusia berulang kali menyebut tidak adanya bukti yang ditemukan oleh Amerika Serikat selama dua tuduhan terpisah AS, serupa dengan Cina, yang juga membantah ikut campur pemilihan umum AS.

Berita terkait

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

8 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

17 jam lalu

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

Gedung Putih menyarankan agar Rusia dijatuhi lagi sanksi karena diduga telah secara diam-diam mengirim minyak olahan ke Korea Utara

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

19 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

1 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

1 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

1 hari lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

1 hari lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

1 hari lalu

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

Berikut ini deretan negara terdingin di dunia, mayoritas berada di bagian utara bumi, seperti Kanada dan Rusia.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

2 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

2 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya