Vladimir Putin Mau Rekrut Intelijen Inggris Jadi Agen Ganda Rusia
Reporter
Non Koresponden
Editor
Eka Yudha Saputra
Selasa, 16 Oktober 2018 08:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rusia, Vladimir Putin, berupaya merekrut mantan pejabat dan agen intelijen Inggris, MI6, untuk dijadikan agen ganda Rusia.
Upaya Putin terungkap setelah Kantor Kementerian Luar Negeri Inggris mengeluarkan memo peringatan atas taktik Vladimir Putin ini.
Baca: Diincar Rusia, Ternyata Skripal Bekerja di 4 Intelijen Berbeda
Dilansir dari Mirror.co.uk, 15 Oktober 2018, sebuah memo Kemenlu Inggris menyatakan, "Badan Intelijen Rusia menganggap mereka sebagai target prioritas tinggi."
Presiden Rusia berada di bawah tekanan yang meningkat di tengah ekonomi yang lesu dan kebocoran operasi agen intelijen GRU, termasuk serangan novichok yang gagal di Salisbury.
"Ancaman yang dirasakan Putin, yang ingin menyampaikan ke warga Rusia adalah bahwa Barat mengelilingi mereka dan bahwa tanah airnya adalah korban," ungkap seorang mantan perwira intelijen Inggris.
"Agen-agen intelijennya sangat ingin mengembalikan kredibilitasnya dengan membuat terobosan ke dalam operasi intelijen Inggris dengan merekrut orang dalam," kata perwira yang enggan disebut identitasnya tersebut.
Baca: 5 Hal Mengenai GRU - Dinas Intelijen Militer Rusia
Kampanye para mata-mata Rusia ini membuat pejabat Kantor Luar Negeri mengirimkan peringatan mendesak kepada mantan staf MI6 dan diplomatnya.
"Badan Intelijen Rusia memiliki tradisi menggunakan tekanan dalam operasi mereka. Ini dapat digunakan terhadap mantan anggota staf dan hubungan dekat," ungkap memo Kementerian Luar Negeri Inggris.
Mata-mata Rusia menggunakan berbagai teknik untuk memaksa orang menjadi agen atau membocorkan rahasia, mulai dari ancaman kekerasan yang mencolok hingga persuasi halus.
Di belakang layar selama bertahun-tahun, mata-mata Rusia telah menjadi semakin agresif terhadap para diplomat Barat, terkadang menggunakan kekerasan.
Baca: Belanda Tuding Soal Peretasan, Rusia Sebut 'Mania Mata-mata'
"Ini adalah taktik intimidasi, ini memunculkan rasa tidak aman, membangun ketegangan dan dianggap sebagai pelanggaran dalam standar profesional komunitas intelijen," kata seorang sumber di badan keamanan Inggris.
Ketegangan antara Rusia dan Inggris meningkat pada bulan Maret dengan serangan agen saraf novichok oleh agen intelijen GRU, Anatoliy Chepiga, dan Alexander Mishkin pada mantan perwira intelijen Rusia yang berkhianat, Sergei Skripal dan putrinya Yulia.