Pemerintah Cina Dituding Menyebar Warga Uighur ke Berbagai Daerah

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Kamis, 11 Oktober 2018 05:01 WIB

Etnis Uighur [OMF International]

TEMPO.CO, Xinjiang – Pemerintah Cina dituding mulai menyebar warga Muslim Uighur yang ditahan ke berbagai kamp penahanan di berbagai wilayah negara itu. Kabar ini muncul di tengah penghentian tanpa batas layanan kereta ke Provinsi Xinjiang, Cina.

Baca:

“Pemerintah Cina sepertinya berusaha membuat sulit untuk melacak apa yang terjadi terhadap warga Uighur, Kazakh, dan warga minoritas Muslim lainnya, yang secara faktual hilang dari keluarganya dan dibawa ke dalam pengawasan pemerintah,” kata James Leibold, spesialis mengenai Cina di La Trobe University seperti dilansir ABC pada Rabu, 10 Oktober 2018.

Menurut Leibold, kecaman global telah membuat rezim di Beijing merasa malu. Namun, pada saat yang sama, pemerintah Cina mencoba mengabaikan desakan dari kelompok-kelompok HAM independen agar mereka diizinkan melakukan monitoring langsung ke Xinjiang.

Advertising
Advertising

Baca:

“Ini memicu munculnya spekulasi Beijing mencoba menyebar program pendidikan politik massal agar tidak terpantau oleh dunia internasional,” begitu dilansir media ABC pada Rabu, 10 Oktober 2018.

Pemerintah Cina mendapat tekanan dari berbagai institusi pelindung HAM seperti Human Right Watch dan Badan HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa baru-baru ini terkait program indoktrinasi politik yang dilakukannya di Xinjiang, yang mayoritas warganya Muslim.

Menurut media ABC, ada sekitar 2 juta warga Xinjiang termasuk satu juta warga Muslim Uighur, telah ditahan di berbagai kamp pendidikan politik di daerah itu.

Baca:

Kaum pria etnis Uighurs. globetribune.info

Kelompok pembela HAM menuding otoritas Cina sengaja memaksa warga Uighur dan warga Xinjiang lainnya menjalani berbagai pendidikan politik ala Partai Komunis Cina.

Menurut ABC, warga Xinjiang yang dipaksa menjalani indoktrinasi politik ini telah disebar ke berbagai daerah lain yang dekat seperti Provinsi Gansu dan yang letaknya jauh seperti Heilongjiang, yang letaknya ribuan kilometer.

“Ini memunculkan spekulasi Cina menggunakan berbagai taktik untuk mengontrol secara ketat populasi Muslim seperti juga mengontrol informasi mengenai pelanggaran HAM di sana,” begitu dilansir ABC.

Puluhan tentara Cina membentuk formasi saat berjaga-jaga di depan masjid Id Kah di Kashgar, Cina (31/7). Puluhan komunitas Uighur dan Han diserang oleh sekolompok orang yang tidak dikenal yang menewaskan puluhanan orang dan luka-luka. Getty Images

Kepala Badan HAM PBB, Michelle Bachelet, seperti dilansir Reuters, mendesak pemerintah Cina untuk mengizinkan tim monitor PBB memasuki Xinjiang. Ini terkait adanya tudingan yang sangat mengkhawatirkan soal program penerapan kamp indoktrinasi politik terhadap warga Uighur di Provinsi Xinjiang.

Baca:

Bachelet mengatakan ini dalam pidato perdana sebagai Kepala Badan HAM PBB pada Senin, 10 September 2018 di Jenewa. Permintaan Bachelet ini, yang pernah menjabat sebagai Presiden Chile sebelumnya, terkait laporan dari lembaga advokasi HAM Human Rights Watch. Pengurus HRW melaporkan etnis muslim minoritas Uighur mengalami kamp penahanan semena-mena di Xinjiang, yang dibuat pemerintah Cina.

Berita terkait

Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

1 jam lalu

Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

Menikmati kuliner hotpot dan bbq dari Sichuan, Cina

Baca Selengkapnya

Cina Minta Israel Berhenti Menyerang Rafah

9 jam lalu

Cina Minta Israel Berhenti Menyerang Rafah

Beijing menyerukan kepada Israel untuk mendengarkan seruan besar masyarakat internasional, dengan berhenti menyerang Rafah

Baca Selengkapnya

Cina Perpanjang Kebijakan Bebas Visa ke 12 Negara Usai Xi Jinping Lawatan ke Prancis

10 jam lalu

Cina Perpanjang Kebijakan Bebas Visa ke 12 Negara Usai Xi Jinping Lawatan ke Prancis

Cina memperpanjang kebijakan bebas visa untuk 12 negara di Eropa dan Asia setelah kunjungan kerja Presiden Xi Jinping ke Prancis

Baca Selengkapnya

Jangan Coba Kasih Tip ke Staf Hotel atau Restoran di Dua Negara Ini, Bisa Dianggap Tak Sopan

15 jam lalu

Jangan Coba Kasih Tip ke Staf Hotel atau Restoran di Dua Negara Ini, Bisa Dianggap Tak Sopan

Layanan kepada pelanggan di restoran dipandang sebagai bagian dari makanan yang telah dibayar, jadi tak mengharapkan tip.

Baca Selengkapnya

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

19 jam lalu

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

Kanselir Jerman Olaf Scholz meminta Cina memainkan peran lebih besar dalam membantu negara-negara miskin yang terjebak utang.

Baca Selengkapnya

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

1 hari lalu

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

Pejabat PBB mengatakan penutupan perbatasan Rafah dan Karem Abu Salem (Kerem Shalom) merupakan "bencana besar" bagi warga Palestina di Gaza

Baca Selengkapnya

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

1 hari lalu

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

UN Women memperingatkan bahwa serangan darat Israel di Rafah, Gaza, akan memperburuk penderitaan 700.000 perempuan dan anak perempuan Palestina

Baca Selengkapnya

Ukraina Tolak Akui Vladimir Putin sebagai Presiden Sah Rusia

1 hari lalu

Ukraina Tolak Akui Vladimir Putin sebagai Presiden Sah Rusia

Kementerian Luar Negeri Ukraina mengatakan tidak ada dasar hukum untuk mengakui Vladimir Putin sebagai presiden Rusia yang sah.

Baca Selengkapnya

Temuan PBB tentang Kuburan Massal Gaza: Ada yang Disiksa, Ada yang Dikubur Hidup-hidup

1 hari lalu

Temuan PBB tentang Kuburan Massal Gaza: Ada yang Disiksa, Ada yang Dikubur Hidup-hidup

Para ahli PBB mendesak penjajah Zionis Israel untuk mengakhiri agresinya terhadap Gaza, dan menuntut ekspor senjata ke Israel "segera" dihentikan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

1 hari lalu

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

Jokowi menyayangkan perangkat teknologi dan alat komunikasi yang digunakan di Tanah Air saat ini masih didominasi oleh barang-barang impor.

Baca Selengkapnya