India Beli Rudal S-400 Canggih Rusia, Amerika Beri Sanksi?

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Sabtu, 6 Oktober 2018 09:01 WIB

Sistem prtahanan udara S-400 Triumph menggunakan radar yang dapat mendeteksi sasaran sejauh 600 km dan dilengkapi empat macam rudal yang berbeda jangkauannya, yaitu rudal 40N6 dengan jangkauan 400 km, rudal 48N6 dengan jangkauan 250 km, rudal 9M96E dan 9M96E2 dengan jangkauan 40 km dan 120 km. Vitaliy Nevar/TASS

TEMPO.CO, New Delhi – Pemerintah Amerika Serikat mengatakan tujuan penerapan sanksi terhadap Rusia tidak bermaksud untuk menimbulkan kerusakan kepada kemampuan militer negara sekutu atau mitra.

Baca:

Media asal India seperti NDTV dan Times of India melansir pernyataan dari Kedutaan Besar AS di Delhi ini keluar pasca penandatanganan kesepakatan jual beli sistem rudal anti-serangan udara Rusia yaitu S-400 Triumf, yang dibeli India.

Kesepakatan jual beli ini terjadi pada pertemuan puncak Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan Perdana Menteri India, Narendra Modi, di New Delhi pada Jumat, 5 Oktober 2018.

Advertising
Advertising

Baca:

Juru bicara Kedubes AS di Delhi dilaporkan juga mengatakan,”Pengecualian penerapan UU CAATSA dilakukan berdasarkan basis per transaksi. Kami tidak bisa mendului membuat keputusan sanksi.”

UU CAATSA atau Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act dibuat pada 2016 dan memberikan kewenangan kepada pemerintah AS dalam mengenakan sanksi kepada negara-negara yang menjalin kerja sama pertahanan dengan Rusia, Iran dan Korea Utara.

Pihak kedubes AS juga disebut mengatakan implementasi CAATSA ditujukan untuk menimbulkan biaya kepada Rusia atas perilaku jahat termasuk menghentikan aliran dana ke sektor pertahanannya.

Baca:

“Otoritas pengecualian (dari pemberian sanksi) itu tidak bersifat menyeluruh melainkan spesifik per transaksi. Ada kriteria yang ketat untuk memberikan pengecualian,” kata juru bicara kedutaan AS.

Seperti diberitakan sebelumnya, PM India, Narendra Modi, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, menandatangani kesepakatan jual beli sistem rudal anti-serangan udara canggih S-400 Triumf.

Presiden Rusia, Vladimir Putin (kiri) dan Perdana Menteri India, Narendra Modi (kanan) saat keduanya bertemu di New Delhi pada Kamis malam, 4 Oktober 2018 waktu setempat, untuk kerja sama 20 bidang. Indian Express

India bakal mulai mendapatkan pengiriman lima skuadron S-400 Triumf per Oktober 2020 dengan nilai transaksi disebut mencapai sekitar US$5.4 miliar atau sekitar Rp82 triliun.

Baca:

Selain India, beberapa negara lain juga membeli sistem pertahanan rudal anti-serangan udara S-400 seperti Cina dan Turki, yang merupakan anggota NATO.

Baru-baru ini, militer Cina terkena sanksi finansial karena membeli sejumlah senjata canggih dari Rusia. Turki mendapat peringatan serupa seperti India namun tetap melanjutkan rencana pembeliannya. Negara lain yang juga membeli S-400 Triumf selain India adalah Iran, yang kerap bersitegang dengan AS.

Berita terkait

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

40 menit lalu

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

Kementerian Dalam Negeri Rusia mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

3 jam lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

12 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

17 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

23 jam lalu

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

1 hari lalu

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

Keputusan penyelenggara Eurovision diambil meskipun ketegangan meningkat seputar partisipasi Israel

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

3.300 Video Seks Sekutu PM Modi Menggegerkan Pemilu India

1 hari lalu

3.300 Video Seks Sekutu PM Modi Menggegerkan Pemilu India

India digegerkan oleh beredarnya video seks oleh seorang politisi yang merupakan sekutu PM Narendra Modi.

Baca Selengkapnya

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

2 hari lalu

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

Gedung Putih menyarankan agar Rusia dijatuhi lagi sanksi karena diduga telah secara diam-diam mengirim minyak olahan ke Korea Utara

Baca Selengkapnya

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

2 hari lalu

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

Berikut ini deretan negara terdingin di dunia, mayoritas berada di bagian utara bumi, seperti Kanada dan Rusia.

Baca Selengkapnya