Diincar Rusia, Ternyata Skripal Bekerja di 4 Intelijen Berbeda
Reporter
Non Koresponden
Editor
Eka Yudha Saputra
Minggu, 30 September 2018 17:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang agen ganda Rusia, Sergei Skripal, yang diduga pensiun dan menjadi sasaran pembunuhan di Inggris ternyata masih aktif dan bekerja dengan MI6 dan badan intelijen lain.
Dilansir dari Dailymail.co.uk, 30 September 2018, Sergei Skripal, 67 tahun, yang diracun bersama putrinya Yulia, 33 tahun, pada Maret tahun ini, ternyata masih bekerja untuk empat badan intelijen yang berbeda pada saat itu.
Baca: Takut Diracun Seperti Skripal, Perempuan Rusia Tinggalkan London
Seorang mantan kolonel di intelijen militer Rusia, Skripal dianggap oleh Kremlin menjadi salah satu mata-mata paling merusak di generasinya.
Dia bertanggung jawab untuk membuka informasi rahasia puluhan agen rahasia yang mengancam kepentingan Barat dengan beroperasi menyamar di Eropa.
Kolonel Skripal, diduga menerima 78.000 Poundsterling atau rp 1,5 miliar sebagai imbalan membocorkan informasi rahasia Rusia ke MI6.
Pada 2006, ia dijatuhi hukuman 13 tahun di kamp kerja paksa Rusia setelah dinyatakan bersalah karena menyerahkan rahasia Rusia ke Inggris.
Pada Juli 2010, dia diampuni oleh Presiden Rusia Dmitry Medvedev dan merupakan satu dari empat mata-mata yang ditukar dengan sepuluh agen Rusia yang dideportasi dari AS dalam pertukaran bersejarah yang melibatkan mata-mata Rusia cantik, Anna Chapman.
Baca: Sebelum Diracun, Yulia Minta Restu Sergei Skripal untuk Menikah
Setelah pertukaran di bandara Wina, Skripal adalah salah satu dari dua mata-mata yang datang ke Inggris dan dia telah menyamar selama delapan tahun terakhir.
Namun majalah German Focus mengklaim dia mungkin masih aktif terlibat dalam operasi rahasia ketika tinggal di Salisbury, Wiltshire.
Baca: Inggris Incar Seorang Dokter dalam Kasus Skripal, Siapa Dia?
Majalah mengutip karyawan senior NATO bidang kontra-spionase Allied Command Counterintelligence yang bekerja di kantor pusat NATO di Brussels, Belgia.
The Sun melaporkan bahwa majalah tersebut mengklaim Skripal masih aktif terlibat sebagai mata-mata dengan intelijen Inggris.
<!--more-->
Reporter utama majalah German Focus, Josef Huffelschuelte, menulis bahwa Skripal dikirim ke Praha pada 2012, dua tahun setelah ia pertama kali pindah ke Inggris.
Di sini dia memberi penjelasan kepada badan keamanan lokal di jaringan spionase Rusia.
Mengutip sumber NATO, majalah itu mengklaim bahwa informasi yang dikumpulkannya dianggap sangat berharga sehingga pejabat Ceko bahkan akan pergi ke Salisbury untuk bertemu dengannya.
Baca: Bos Intelijen Inggris Galang Dukungan Lawan Rusia Soal Skripal
Majalah itu juga mengklaim bahwa Skripal dikirim ke Costa del Sol untuk melakukan pengintaian atas nama Pusat Intelejen Nasional Spanyol.
Kemudian pada 2016, majalah melaporkan bahwa Skripal memberikan layanan rahasia Estonia di Tallin dengan informasi, di tengah kekhawatiran negara yang berbatasan dengan Rusia, dapat diambil alih oleh Putin.
Sumber di majalah menyimpulkan ini memberikan alasan yang baik bagi Rusia untuk melakukan pembunuhan.
Sebelumnya telah dilaporkan bahwa Skripal akan bertemu dengan penghubungnya dari dinas intelijen Inggris setiap bulan di Cote Brasserie di Salisbury.
Agen Inggris itu digambarkan sebagai "pria dengan pakaian jas wol" yang sering bertemu dengan Skripal yang juga menambah kemungkinan pandangan bahwa eks agen Rusia itu masih terlibat dalam pekerjaan intelijen.
Dua orang Rusia, Alexander Petrov dan Ruslan Boshirov, sejak itu diidentifikasi bertanggung jawab atas keracunan oleh dinas intelijen Inggris.
Usaha pembunuhan mereka pada Maret gagal, tetapi tragisnya merenggut nyawa Dawn Sturgess yang menemukan racun saraf Novichok tiga bulan kemudian dan menyemprotkannya ke pergelangan tangannya karena mengira parfum Nina Ricci Premier Jour.
Baca: Inggris Tuduh Agen GRU Rusia Racuni Skripal, Apa itu GRU?
Namun dalam sebuah wawancara, para tersangka peracun Skripal mengatakan kepada stasiun televisi RT Rusia, bahwa mereka warga sipil dan hanya berjalan-jalan di Salisbury setelah gagal mencapai Stonehenge karena badai salju. Mereka yang dituduh Inggris sebagai agen GRU , intelijen militer Rusia, mengklaim terjebak di rumah pinggiran kota Sergei Skripal karena kebetulan saat sedang mencari katedral di dekat kediaman Skripal.