Sanksi Amerika Serikat, Eropa Gagal Lindungi Kepentingan di Iran
Reporter
Non Koresponden
Editor
Choirul Aminuddin
Selasa, 25 September 2018 11:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Dalam sebuah pertemuan di Washingon tak lama setelah Presiden Donald Trump membatalkan kesepakatan nuklir pada Mei 2018, seorang pejabat senior AS mengatakan kepada para diplomat Eropa, mereka berusaha keras menyelamatkan kesepakatan untuk melindungi investasi Uni Eropa di Iran, namun semuanya tak berujung.
"Anda tak bisa berivestasi di sana (Iran)," kata pejabat AS seperti dikutip Reuters. Dia melanjutkan, Uni Eropa telah gagal membentengi perusahaan yang berinvestasi di Iran menyusul sistem keuangan AS yang mengglobal dan tantangan Presiden Trump.
Baca: Sanksi Ekonomi Diperketat Amerika Serikat, Iran Latihan Militer
Sebagai gantinya, jelas diplomat itu, Eropa sedang menarik simpati Rusia dan Cina agar bersedia mencari jalan menuju Teheran. Dengan demikian, negeri itu bisa mendapatkan keuntungan dari penjualan minyak agar supaya Presiden Hassan Rouhani memiliki alasan untuk tetap menjaga kesepakatan yang pernah dicapai.
Amerika Serikat menerapkan sanksi kembali terhadap Iran terkait dengan program nuklir yang pernah diteken pada 2015. Sikap keras Trump itu tidak mendapatkan dukungan dari sekutu Eropa. Bahkan sejumlah negara maju termasuk Inggris, Prancis dan Jerman tetap menjalin kerja sama ekonomi dengan Iran.
Hubungan perdagangan Uni Eropa - Iran tahun ini mencapai nilai 2 miliar Euro atau setara dengan Rp 35 triliun (kurs Rp 17.488 per Euro) per bulan. Namun nilai perdagangan sebesar itu diperkirakan bakal terjun bebas setelah sejumlah perusahaan raksasa Eropa menarik seluruh investasinya dan menghentikan impor minyak dari Iran. "Semua itu akibat sanksi ekonomi yang diterapkan kembali oleh Trump."
Baca: Amerika Serikat Kritik Eropa Bantu Iran Rp 293 Miliar
Salah satu perusahaan otomotif terbesar Eropa, Volvo, telah membatalkan perakitan dan industri mobilnya di Iran. Menurut juru bicara perusahaan ini, Volvo tidak akan mengapalkan lagi suku cadang dan memutuskan tidak mengoperasikan pabrik perakitannya di Iran. "Ini sebuah pukulan bagi industri mobil, tidak seperti sektor energi dan perbankan yang telah teken kontrak jangka panjang dengan perusahaan-perusahaan top di Eropa.