5 Fakta Marine Le Pen, Sang Populis dari Prancis
Reporter
Non Koresponden
Editor
Eka Yudha Saputra
Jumat, 21 September 2018 11:50 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Partai Front Nasional Prancis dan eks calon presiden Prancis pesaing Emmanuel Macron, Marine Le Pen menolak untuk menjalani tes psikiater yang diperintahkan pengadilan, hampir tiga tahun setelah ia mengunggah gambar brutal dan keji eksekusi ISIS di Twitter.
Baca: Eks Capres Prancis Disuruh Pengadilan Tes Kejiwaan, Ada Apa?
"Saya pikir, saya telah melalui semuanya. Yah, tidak! Sebab mengutuk kengerian ISIS di Twitter, sehingga sistem peradilan memerintahkan saya untuk ke psikiater! Seberapa jauh mereka akan bertindak," ancamnya atas permohonan pengadilan untuk evaluasi kejiwaan, pada Twitternya, dikutip UPI, 21 September 2018.
Le Pen, yang pernah menjadi kandidat presiden Prancis pada 2017 ini, dituduh menjadi penghasut terorisme setelah berbagi foto melalui akun sosial medianya, dan jika terbukti dia bisa menghadapi hukuman tiga tahun penjara atau denda US$ 88,233 atau Rp1,3 miliar.
Le Pen yang dikenal sebagai politikus sayap kanan populis memiliki wacana kebijakan kontroversial. Berikut fakta tentang Marine Le Pen.
1. Siapakah Marine Le Pen?
Marine Le Pen, putri bungsu dari tiga bersaudara ini adalah anak dari seorang pendiri partai, Front Nasional Prancis, Jean Marie- Le Pen pada 1972. Hubungan Marine Le Pen dengan ayahnya menjadi pemberitaan bagi media Prancis.
Marine Le Pen dilahirkan di Neuilly-sur-Seine, Prancis pada 5 Agustus 1968. Semasa kecilnya telah diwarnai oleh karir politik yang kontroversial warisan ayahnya. Le Pen sering menemani ayahnya saat rapat umum dan pertemuan sebagai juru kampanye di Front Nasional.
Pada 1976, di usianya yang masih delapan tahun, masyarakat Prancis yang marah atas ide-ide ayahnya menyebabkan insiden pengeboman di apartemen keluarganya di Paris. Dari peristiwa tersebut, Le Pen sadar akan kemasyhuran ayahnya, dan sering menghabiskan waktunya di kantor ayahnya.
<!--more-->
2. Ibunya Pernah Menjadi Model Majalah Playboy
Orang tua Le Pen, Jean-Marie dan Pierrette Le Pen sering tidak memiliki waktu untuk Le Pen kecil karena mereka bepergian, berpesta, atau berlayar, sampai kemudian mereka bercerai.
Setelah Jean-Marie mengatakan Pierrette harus bekerja sebagai pembersih, dia mencari balas dendam dengan berpose di majalah Playboy versi Prancis dengan pose menggosok lantai dapur, seperti dilansir dari Market Watch.
Marine Le Pen banyak menghabiskan waktu kecilnya di sebuah rumah yang ditinggalkan ayahnya dari seorang penyumbang kaya raya. Le Pen pindah ke tersebut setelah serangan bom yang menghancurkan apartemen mereka di Paris.
Para pembom itu menargetkan ayahnya tetapi tidak pernah tertangkap, dan Marine Le Pen mengatakan dia tidak lagi menjadi gadis kecil seperti yang lain setelah ledakan 1976 ketika dia berusia delapan tahun.
3. Karir Politik Marine Le Pen
Le Pen, bergabung ke partai saat usia 18 tahun, menjadi ia sebagai perempuan termuda di antara anggota. Bakatnya untuk berbicara didepan umum, membimbingnya untuk belajar hukum.
Ia kuliah di Universitas Pantheon-Assas di Paris, di mana ia menerima Master of Laws, pada 1991 dan Magister Studi Lanjut dalam Hukum Pidana, dan bekerja sebagai pembela umum di Paris 1992-1998.
Mantan pengacara ini, pada 1998, kembali ke partai, dan menjadi penasehat hukum untuk ayahnya. Sehingga, ia menjadi wakil pimpinan partai naungan ayahnya, dan menjadi anggota parlemen di Prancis.
Kebijakan-kebijakan yang bertentangan dengan ayahnya menyebabkan ketegangan antar keduanya. Pada 2011, Marine Le Pen mengambil alih posisi ayahnya sebagai pemimpin partai Front Nasional Prancis.
<!--more-->
4. Pandangan Kontroverisal Marine Le Pen
Marine Le Pen berencana untuk meninggalkan Uni Eropa, memulihkan kemerdekaan nasional, dan menghentikan gelombang imigran, serta mengakhiri globalisasi.
Le Pen percaya bahwa hanya merek tertentu dari isolasionisme politik, dan nasionalisme Prancis yang dapat melindungi Prancis dari kejahatan kembar "multikulturalisme Anglo-Saxon", dan liberalisme yang benar secara politis.
Pada 2015, Le Pen diadili karena komentarnya yang dibuat pada 2010, di mana ia membandingkan Muslim dengan kependudukan Nazi di Prancis. Namun akhirnya ia di bebaskan.
Pada rapat umum awal Februari 2017, Le Pen dengan lantang mengatakan "On est chez nous! (ini adalah negara kita)", ketika Le Pen mencerca imigran atau turis yang melakukan kejahatan di Prancis.
Secara internasional, Le Pen menginginkan hubungan yang lebih dekat dengan Rusia. Pada sejumlah masalah, pandangan politisi Prancis populis, Marine Le Pen, sangat mirip dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, bahkan ia mendapat julukan Trump dari Prancis.
5. Tidak Suka Dicap Sayap Kanan
Meskipun berhaluan politik sayap kanan, Marine Le Pen memprotes cap sayap kanan di partai Front Nasional anti-imigrasinya. Dia mengatakan julukan tersebut membuat partainya kehilangan dukungan signifikan.
Pada putaran pertama pemilihan presiden Prancis, Le Pen memenangkan 21,5 persen suara, menempati posisi kedua di belakang Macron, yang meraih 23,8 persen. Macron bisa meraih 59,8 persen suara dalam putaran kedua, sementara Le Pen mendapatkan 40,2 persen suara.
Baca: Kalah, Marine Le Pen Ucapkan Selamat kepada Emmanuel Macron
Namun pengkritik Le Pen tetap menyebut partai mereka berhaluan sayap kanan, terutama setelah Marine Le Pen menyangkal bahwa pemerintah Prancis bertanggung jawab atas pengumpulan orang Yahudi selama Perang Dunia II, yang mengundang kecaman luas.
CNN | AL JAZEERA | UPI | TELEGRAPH | MARKETWATCH | AQIB SOFWANDI