Eks Capres Prancis Disuruh Pengadilan Tes Kejiwaan, Ada Apa?

Jumat, 21 September 2018 10:40 WIB

26.1_inter_MarineLePen_ok

TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin sayap kanan Prancis, Marine Le Pen, menolak menjalani pemeriksaan kejiwaan yang diperintahkan pengadilan setelah ia menunggah di Twitter gambar-gambar brutal eksekusi ISIS, dan membandingkan metode yang sama digunakan dalam rezim totaliter.

Dilaporkan Associated Press, 21 September 2018, tuduhan awal penyebarluasan gambar-gambar kekerasan diajukan pada Maret terhadap Le Pen, seorang anggota parlemen, setelah hak kekebalannya dicabut.

Baca: Kalah, Marine Le Pen Ucapkan Selamat kepada Emmanuel Macron

Pada Kamis, dia menulis di Twitter keputusan yang memerintahkan tes kejiwaan yang tertanggal 12 September dan memberinya 10 hari untuk mengubah pertanyaan yang akan diajukan. Le Pen mengatakan di BFM TV bahwa rezim totaliter menggunakan metode seperti itu terhadap lawannya untuk membuat mereka terlihat seperti orang gila.

Advertising
Advertising

Kicauan Le Pen pada Desember 2015 juga menunjukkan eksekusi oleh ekstremis ISIS, termasuk pembunuhan reporter Amerika James Foley. Dia mengunggah gambar itu setelah serangan November 2015 oleh ISIS yang menewaskan 130 orang.

Marine Le Pen menyebut perintah pengadilan yang memerintahkan evaluasi kejiwaan atas dirinya "halusinasi".

Ketua umum partai Nasional Prancis (sebelumnya Front Nasional) telah mengeluarkan perintah yang mengatakan itu berasal dari para hakim di Nanterre dekat Paris, menyeru dia untuk "menjalani pemeriksaan kejiwaan", seperti dilansir dari Russia Today.

Baca: Prancis Mengakui Menyiksa Pejuang Kemerdekaan Aljazair

"Karena mencela kengerian dari Daesh (ISIS) dengan tweet, sistem peradilan telah merujuk (saya) pada penilaian psikiatri. Seberapa jauh mereka akan bertindak?!" tulis Le Pen di Twitter.

Kandidat presiden Prancis pada pilpres 2017 mengecam perintah itu sebagai "hal yang mengada-ada dan mengatakan rezim ini benar-benar mulai menakut-nakuti (kita)," kata Le Pen.

Salah satu gambar yang diunggah Le Pen menunjukkan tubuh James Foley, yang dipenggal kepalanya oleh ekstremis pada Agustus 2014. Saat itu pihak keluarga mengatakan mereka sangat terganggu oleh penggunaan gambar dan pemberitaan Jim Foley tanpa izin demi kepentingan politik Marine Le Pen.

Kenji Goto bukan korban pertama, dari eksekusi keji kelompok ISIS. Sebelumnya wartawan AS James Foley, dieksekusi dengan cara yang sama, 3 Maret 2015. Dailymail.co.uk

Le Pen kemudian menghapus gambar dan mengatakan bahwa dia didakwa karena mengutuk kengerian Daesh.

Jika terbukti, Le Pen menghadapi hukuman maksimal tiga tahun penjara atau denda 75 ribu Euro atau Rp 1,3 miliar.

Sejumlah politisi telah mengecam keputusan hakim terhadap Le Pen. Menurut anggota Majelis Nasional Gilbert Collard, perintah itu berarti "psikiatriasi opini politik".

Rekan populisnya, Wakil Perdana Menteri Italia, Matteo Salvini, juga menanggapi kasus ini di Twitter untuk menyatakan dukungan bagi Le Pen.

Baca: Prancis Tuduh Satelit Rusia Sadap Komunikasi Militer

Ini bukan pertama kalinya Marine Le Pen bertepuk tangan dengan pihak berwenang. Pada 2017, sekitar dua bulan sebelum pemilihan presiden, dia dipanggil oleh hakim karena dugaan penyalahgunaan dana Uni Eropa. Pengadilan mengatakan bahwa staf Marine Le Pen secara fiktif bekerja di Parlemen Eropa sebagai asisten, namun politikus populis Prancis itu membantah tuduhan.

Pada Juli ini, hakim Prancis memblokir 2 juta euro atau Rp 34 miliar dana sumbangan untuk partai Marine Le Pen, dan ia pun mengutuk langkah itu sebagai pukulan terhadap demokrasi, karena menahan dana kemungkinan akan mengakibatkan partainya mati.

Berita terkait

Legendaris! Nama Beyonce akan Masuk ke dalam Kamus Prancis Larousse

9 jam lalu

Legendaris! Nama Beyonce akan Masuk ke dalam Kamus Prancis Larousse

Nama Beyonce akan masuk ke dalam Kamus Prancis Le Petit Larousse edisi terbaru tahun ini dengan definisi sebagai penyanyi R&B dan pop Amerika.

Baca Selengkapnya

Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

16 jam lalu

Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

Universitas Sciences Po di Paris menolak tuntutan mahasiswa untuk memutus hubungan dengan universitas-universitas Israel.

Baca Selengkapnya

Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

1 hari lalu

Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

Setiap peserta akan diberikan keranjang piknik gratis yang dikemas sampai penuh oleh sejumlah pemilik restoran ikonik di jalanan Kota Paris itu.

Baca Selengkapnya

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

7 hari lalu

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

Polisi Prancis membubarkan unjuk rasa pro-Palestina di Paris ketika protes-protes serupa sedang marak di Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

12 hari lalu

Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Israel akan memanggil duta besar negara-negara yang memilih keanggotaan penuh Palestina di PBB "untuk melakukan protes"

Baca Selengkapnya

Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

17 hari lalu

Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

Beberapa sekutu memperingatkan eskalasi setelah serangan Iran terhadap Israel meningkatkan kekhawatiran akan perang regional yang lebih luas.

Baca Selengkapnya

Rwanda Peringati 30 Tahun Genosida terhadap Ratusan Ribu Warga Suku Tutsi

25 hari lalu

Rwanda Peringati 30 Tahun Genosida terhadap Ratusan Ribu Warga Suku Tutsi

Rwanda pada Minggu memulai peringatan selama satu pekan untuk memperingati 30 tahun genosida terhadap ratusan ribu warga etnis Tutsi pada 1994.

Baca Selengkapnya

Hilang saat Menyusuri Bukit Sipiso-piso, Turis Asal Prancis Ditemukan Luka-luka

26 hari lalu

Hilang saat Menyusuri Bukit Sipiso-piso, Turis Asal Prancis Ditemukan Luka-luka

Basarnas Medan bersama tim SAR gabungan menemukan Adrea Zoe, 52 tahun, perempuan asal Prancis yang hilang di Bukit Sipiso-piso, Kabupaten Karo

Baca Selengkapnya

Sekutu Pertimbangkan Hentikan Penjualan Senjata ke Israel Setelah Kematian Relawan Asing di Gaza

26 hari lalu

Sekutu Pertimbangkan Hentikan Penjualan Senjata ke Israel Setelah Kematian Relawan Asing di Gaza

Beberapa negara Eropa sekutu Israel pertimbangkan hentikan penjualan senjata akibat pembunuhan tujuh relawan World Central Kitchen di Gaza

Baca Selengkapnya

Prancis Ajukan Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk Pantau Gencatan Senjata di Gaza

31 hari lalu

Prancis Ajukan Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk Pantau Gencatan Senjata di Gaza

Prancis mengadakan konsultasi tertutup dengan Dewan Keamanan PBB untuk mengajukan resolusi tentang pemantauan penerapan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya