Lawan Sanksi Amerika, Rusia Percepat Tinggalkan Dolar

Editor

Budi Riza

Sabtu, 25 Agustus 2018 07:01 WIB

Wakil Ketua Deputi Bank Sentral Rusia, Olga Skorobogatova berbicara tentang peluncuran uang pecahan 100 rubel dengan desain bertema Piala Dunia 2018, di Moskow, Rusia, 22 Mei 2018. Sekitar 20 juta uang polimer akan dimasukkan ke dalam sirkulasi. REUTERS/Sergei Karpukhin

TEMPO.CO, Moskow – Pemerintah Rusia bakal mempercepat rencana penggunaan mata uang nasional rubel untuk berbagai kegiatan perdagangan global bersama Cina dan Iran.

Baca: Kena Sanksi Amerika, Rusia: Tinggalkan Dolar Gunakan Rubel

Deputi Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, mengatakan ini sebagai respon atas sejumlah sanksi AS terhadap Rusia dan Iran.

Advertising
Advertising

“Saatnya sudah tiba dari berkata-kata menjadi bertindak. Dan menyingkirkan dolar sebagai alat pembayaran bersama dan menggunakan mata uang alternatif,” kata Ryabkov dalam wawancara dengan majalah International Affairs dan dikutip TASS pada Kamis, 23 Agustus 2018 waktu setempat.

Baca: 5 Jurus Rusia untuk Balas Sanksi Amerika, Apa saja?

Ryabkov melanjutkan,”Terima kasih Tuhan ini mulai terjadi. Dan kami akan mempercepat langkah ini selain melakukan langkah balasan atas sejumlah sanksi AS.”

Seperti dilansir Reuters, AS kembali mengenakan sanksi pelarangan baru penjualan sejumlah produk teknologi canggih kepada Rusia. AS juga bakal menerapkan sanksi berikutnya jika Rusia menolak inspeksi dari PBB atau lembaga internasional mengenai lokasi pembuatan racun syaraf novichok.

Pegawai bank menghitung uang dolar Amerika Serikat pecahan 100 dolar dan uang rupiah pecahan Rp 100 ribu di kantor pusat Bank Mandiri, Jakarta, Senin, 20 Agustus 2018. Nilai tukar rupiah, yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore, 20 Agustus 2018, bergerak melemah 20 poin ke level Rp 14.592 dibanding sebelumnya Rp 14.572 per dolar Amerika. TEMPO/Tony Hartawan

Sanksi baru AS ini, yang bakal mulai berlaku pada akhir Agustus 2018, terkait dengan serangan terhadap bekas agen ganda Sergei Skripal menggunakan novichok. AS dan sejumlah negara Barat menuding Moskow berada di balik serangan itu.

Baca: Takut Sanksi AS, Bank Swiss Bekukan Aset Rusia Rp 73 Triliun

Secara terpisah, Radio Free Europe melansir Iran juga berkeinginan meninggalkan dolar setelah terkena sejumlah sanksi baru terkait perjanjian nuklir yang telah diteken AS pada 2015 namun ditinggalkan pada era pemerintahan Presiden Donald Trump.

Selama ini, dolar menjadi mata uang utama untuk transaksi berbagai komoditas dunia seperti minyak, gas, dan tembaga.

Baca: Gantikan Dolar AS, Rusia Timbun Ribuan Ton Emas

“Baik Rusia dan Iran merupakan eksportir besar minyak, yang menjadi target dari sanksi AS,” begitu dilansir Radio Free Europe.

Pada saat yang sama, Cina telah berupaya bertahun-tahun meninggalkan penggunaan dolar sebagai mata uang global. Apalagi, Cina sedang terlibat perang dengan AS dengan kedua negara masing-masing menaikkan tarif impor.

Ilustrasi mata uang dolar AS dan yuan Cina. REUTERS/Jason Lee

Mata uang yuan disebut-sebut sebagai alternatif pengganti dolar dalam perdagangan global.

Menteri Energi Rusia, Aleksandr Novak, mengatakan sejumlah negara mulai tertarik mengganti posisi dolar sebagai alat pembayaran perdagangan minyak dan komoditas lainnya secara global.

“Ada pemahaman bersama bahwa kita perlu bergerak maju dengan menggunakan mata uang nasional kita sebagai alat pembayaran,” kata Novak. “Ini menyangkut kepentingan Turki dan Iran. Kami sedang mempertimbangkan opsi pembayaran menggunakan mata uang nasional dengan mereka.”

Menurut Novak, penggunaan mata uang nasional sebagai alat pembayaran perdagangan bilateral akan membutuhkan sejumlah penyesuaian dalam sektor finansial, ekonomi, dan perbankan.

Mata uang Lira Turki [REUTERS]

Menurut Radio Free Europe, Turki dan Iran telah menandatangani kesepakatan penggunaan mata uang nasional untuk perdagangan bilateral kedua negara pada tahun lalu. Hubungan AS dengan Turki juga memburuk seperti halnya AS dengan Iran dan Rusia sejak Trump terpilih sebagai Presiden.

Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, disebut-sebut telah bertemu dan membahas rencana penggunaan mata uang nasional sebagai respon atas berbagai sanksi dari AS.

Berita terkait

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

3 jam lalu

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

Retno Marsudi menilai situasi Timur Tengah telah mendesak Indonesia untuk mempersiapkan diri jika situasi semakin memburuk, termasuk pelindungan WNI

Baca Selengkapnya

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

3 jam lalu

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

Gedung Putih menyarankan agar Rusia dijatuhi lagi sanksi karena diduga telah secara diam-diam mengirim minyak olahan ke Korea Utara

Baca Selengkapnya

Situasi Kemanusiaan Palestina Memburuk, Turki Hentikan Perdagangan dengan Israel

6 jam lalu

Situasi Kemanusiaan Palestina Memburuk, Turki Hentikan Perdagangan dengan Israel

Imbas situasi kemanusiaan di Palestina yang memburuk, Turki menghentikan perdagangan dengan Israel.

Baca Selengkapnya

Lima Perusahaan AS Kena Sanksi Iran karena Terlibat Genosida Gaza

13 jam lalu

Lima Perusahaan AS Kena Sanksi Iran karena Terlibat Genosida Gaza

Iran memberikan sanksi kepada perusahaan-perusahaan AS, individu-individu, yang terlibat dalam genosida di Gaza

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

18 jam lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

23 jam lalu

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

Berikut ini deretan negara terdingin di dunia, mayoritas berada di bagian utara bumi, seperti Kanada dan Rusia.

Baca Selengkapnya

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

1 hari lalu

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

Alexandr Khinstein menilai politikus yang bertugas di lembaga pendidikan atau anak-anak tak boleh penyuka sesama jenis atau gay.

Baca Selengkapnya

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

2 hari lalu

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

Rusia melonggarkan aturan permohonan WNA menjadi warga Rusia dengan membolehkan pemohon perempuan menggunakan jilbab atau kerudung di foto paspor

Baca Selengkapnya

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

2 hari lalu

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

Daftar negara dengan mata uang terlemah menjadi perhatian utama bagi para pengamat ekonomi dan pelaku pasar.

Baca Selengkapnya

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

2 hari lalu

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

Badan ahli tersebut mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa penemuan rudal menunjukkan pelanggaran sanksi internasional oleh Korea Utara.

Baca Selengkapnya