Amerika Serikat Beri Sanksi Militer ke Myanmar, Terkait Rohingya

Sabtu, 18 Agustus 2018 11:04 WIB

Jenderal Senior Min Aung Hlaing, panglima tertinggi militer Myanmar, berjabat tangan dengan pemimpin partai Liga Nasional untuk Demokrasi, Aung San Suu Kyi, pada Desember 2015.[REUTERS/Soe Zeya Tun]

TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat, pada Jumat 17 Agustus 2018, mengumumkan memberikan sanksi kepada empat komandan militer dan kepolisian serta dua unit militer Myanmar lainnya terkait dengan kebijakan pembersihan etnis muslim Rohingya.

"Aksi mereka bencana kemanusiaan terburuk di Asia Tenggara," tulis kantor berita Reuters, Jumat.

Baca: Amerika Serikat Puji Pemilu Myanmar

Seorang pemberontak, tentara Kemerdekaan Kachin berdiri di garda terdepan di luar Laiza, markas kelompok bersenjata di negara bagian Kachin utara, Myanmar, 20 Maret 2018. Sementara dunia terfokus pada serangan terhadap umat Muslim Rohingya, di Myanmar juga terdapat konflik dengan militer Myanmar yakni pemberontak Kachin yang kebanyakan beragama Kristen. (AP Photo/Esther Htusan)

Sebelumnya, Kementerian Keuangan Amerika Serikat mengeluarkan sanksi terhadap pemerintahan Myanmar dengan memperketat bantuan keuangan ke negeri itu. Sikap Amerika Serikat tersebut menyusul tindakan keras Myanmar kepada etnis minorits muslim Rohingya yang dimulai sejak tahun lalu. Tindakan militer Myanmar itu mengakibatkan lebih dari 700 ribu orang mengungsi ke Bangladesh dan ribuan orang lainnya tewas.

Advertising
Advertising

Namun demikian, keputusan pemerintahan Donald Trump tidak menyasar komandan tinggi militer Myanmar dan tidak menyebut aksi anti-Rohingya sebagai kejahatan kemanusiaan atau genosida pada sidang PBB.Jenderal Senior Min Aung Hlaing memeriksa pasukan militer di Nay Pyi Taw pada Hari Angkatan Bersenjata Myanmar, Maret 2018. (Steve Tickner | Frontier)

Menurut sejumlah pejabat, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo, selain mengumumkan sanksi kepada Myanmar juga sedang mempersiapkan pembentukan tim pencari fakta atas tindakan Myanmar terhadap etnis Rohingya di negara bagian Rakhine.

Baca: Amerika Serikat: Kuburan Massal Rohingya di Myanmar Mengganggu

Militer Myanmar melakukan serangan besar-besaran terhadap kaum Rohingya di Rakhine pada Agustus 2017. Tindakan itu dibarengi denga pembakaran sawah ladang, perumahan, perkosaan dan tindakan kejahatan kemanusiaan lainnya. Dalam aksi tersebut, setidaknya 200 orang tewas dan ribuan lainnya mengungsi ke tempat aman, termasuk 700 ribu tinggal di tenda darurat di Bangladesh.

Berita terkait

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

10 jam lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

14 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

15 jam lalu

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

Kepolisian Los Angeles mengkonfirmasi bahwa lebih dari 200 orang ditangkap di LA dalam gejolak demo mahasiswa bela Palestina. Bagaimana kronologinya?

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

16 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

17 jam lalu

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

18 jam lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

19 jam lalu

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

Kementerian Luar Negeri Belgia mengatakan pihaknya "mengutuk segala ancaman dan tindakan intimidasi" terhadap Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)

Baca Selengkapnya

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

19 jam lalu

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

Para pejabat Hamas dan CIA dijadwalkan bertemu dengan mediator Mesir di Kairo untuk merundingkan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

20 jam lalu

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

1 hari lalu

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 3 Mei 2024 diawali oleh Turki menghentikan semua ekspor impor dari dan ke Israel.

Baca Selengkapnya