John Legend dan Anak Imigran Unjuk Rasa Pro Imigran, Kritik Trump

Editor

Budi Riza

Minggu, 1 Juli 2018 12:01 WIB

Penyanyi terkenal John Legend menyanyikan lagu baru 'Preach' saat unjuk rasa pro imigran di Los Angeles, yang memprotes kebijakan Presiden Amerika, Donald Trump, soal toleransi nol yang memisahkan anak dan orang tuan imigran. CNN

TEMPO.CO, Washington - Sejumlah tokoh publik Amerika Serikat seperti penyanyi terkenal John Legend, politisi Maxine Waters hingga anak imigran Leah berunjuk rasa menentang kebijakan imigrasi Presiden Donald Trump, yang disebut toleransi nol dan memisahkan anak imigran dari para orang tua mereka.

Penyanyi John Legend bergabung dengan para pengunjuk rasa di Los Angeles dan menyanyikan lagu barunya Preach. Lagu ini bercerita soal masyarakat yang merasa sedih dan marah akibat berbagai berita buruk di media massa.

Leah, 12 tahun, merupakan salah satu anak imigran yang berpidato pada pawai unjuk rasa pro imigran di Los Angeles, Sabtu, 30 Juni 2018. CNN

“Anda tidak bisa hanya bicara soal ini atau mencuit soal ini. Anda harus melakukan sesuatu soal ini,” kata Legend yang ditemani istriny Chrissy Teigen dan putra kecil mereka Miles.

Advertising
Advertising

Baca:

Pengacara Hak Sipil Amerika Menangis Soal Pemisahan Anak Imigran

2000 Anak Terpisah dari Orang Tua Akibat Kebijakan Imigrasi Trump

Masih di Los Angeles, wakil rakyat Maxine Waters dari Partai Demokrat untuk negara bagian California mengkritik kebijakan Trump yang memisahkan anak imigran dari orang tuanya.

Waters menyebut kebijakan Trump itu sebagai keterlaluan. “Beraninya Anda? Beraninya Anda mengambil bayi-bayi dari gendongan ibu mereka? Beraninya Anda mengambil anak-anak dan mengirim mereka ke berbagai lokasi penahanan? Menaruh anak-anak di kandang-kandang? Di penjara? Anda pikir kami akan membiarkanmu melakukan itu semua? Tidak. Donald Trump, Anda pikir bisa lolos melakukan ini semua? Anda sudah keterlaluan saat mencoba memisahkan keluarga (imigran),” kata Waters.

Sejak beberapa hari ini, Waters secara terbuka meminta warga pemrotes kebijakan imigrasi Trump untuk menganggu anggota kabinet Trump yang mendukung kebijakan itu.

Baca:

5 Ibu Negara Amerika Mengecam Kebijakan Imigran Trump

Atasi Imigran Gelap, Angkatan Laut Amerika Siapkan Rp 3,2 T

Salah satu pembicara yang juga menarik perhatian adalah Leah, 12 tahun, yang merupakan imigran. Leah mengaku sering merasa ketakutan ibunya, yang merupakan imigran tidak berdokumentasi, akan ditangkap petugas saat sedang berada di rumah, atau bekerja, atau mengendarai mobil.

Anggota DPR Amerika, Maxine Waters, mendukung masuknya imigran dan mengecam kebijakan pemisahan anak dan orang tuan imigran oleh Presiden AS, Donald Trump. CNN

“Saya hidup terus menerus dalam ketakutan kehilangan ibu saya yang bisa terkena deportasi,” kata Leah dalam pidato di sebuah unjuk rasa di Washington DC. “Ibu saya kuta, cantik, dan berani. Ibu juga mengajarkan saya untuk bicara terbuka jika melihat ada hal-hal yang tidak adil.”

Leah melanjutkan,”Saya tidak suka hidup dalam ketakutan. Ini menakutkan. Saya tidak bisa belajar, tidur. Saya stres.”

Unjuk rasa besar-besaran pro imigran ini digelar di 50 negara bagian AS dan di sekitar 700 lokasi dengan tema “Keluarga Harus Bersama” atau “Families Belong Together”.

Aksi unjuk rasa ini digelar memprotes kebijakan Presiden Donald Trump menerapkan toleransi nol terhadap para imigran tak berdokumen sejak Mei 2018. Kebijakan ini membuat petugas perbatasan memisahkan sekitar 2000 anak imigran dari orang tuanya yang tidak berdokumen dan harus menjalani proses hukum.

Tindakan Trump ini memicu protes massal di domestik dan luar negeri. Ini membuat Trump mengeluarkan surat perintah eksekutif pada 20 Juni 2018 untuk membatalkan pemisahan anak imigran dengan orang tuanya. Namun, anak-anak ini belum juga bertemu orang tuanya meskipun surat itu sudah dikeluarkan sekitar sepuluh hari lalu.

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

2 hari lalu

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

Donald Trump meluncurkan agenda untuk masa jabatan keduanya jika terpilih, di antaranya mendeportasi jutaan migran dan perang dagang dengan Cina.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

5 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

6 hari lalu

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

Pemenang lotere jackpot bersejarah Powerball Amerika Serikat senilai lebih dari Rp21 triliun adalah seorang imigran dari Laos pengidap kanker

Baca Selengkapnya

Irlandia Kewalahan Hadapi Naiknya Jumlah Imigran

7 hari lalu

Irlandia Kewalahan Hadapi Naiknya Jumlah Imigran

Dampak dari diloloskannya RUU Safety of Rwanda telah membuat Irlandia kebanjiran imigran yang ingin meminta suaka.

Baca Selengkapnya

Seorang Pria Bakar Diri di Luar Gedung Pengadilan Saat Trump Disidang

16 hari lalu

Seorang Pria Bakar Diri di Luar Gedung Pengadilan Saat Trump Disidang

Seorang pria membakar dirinya di luar gedung pengadilan New York tempat persidangan uang tutup mulut bersejarah Donald Trump.

Baca Selengkapnya

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

24 hari lalu

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

Bekas Presiden AS Donald Trump menolak undangan Presiden Volodymyr Zelensky untuk menyambangi Ukraina.

Baca Selengkapnya

Trump: Kehormatan bagi Saya Masuk Penjara karena Melanggar Perintah Pembungkaman

27 hari lalu

Trump: Kehormatan bagi Saya Masuk Penjara karena Melanggar Perintah Pembungkaman

Trump telah mengaku tidak bersalah atas 34 dakwaan pemalsuan catatan bisnis dan menyangkal pernah bertemu dengan Stormy Daniels.

Baca Selengkapnya

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

31 hari lalu

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

Sekjen NATO mendesak Amerika Serikat tetap bersatu dengan Eropa, meski seandainya Donald Trump kembali berkuasa di Gedung Putih

Baca Selengkapnya