Amerika, Prancis, Inggris Menyerang Rudal, Presiden Suriah Muncul

Editor

Budi Riza

Sabtu, 14 April 2018 14:04 WIB

Presiden Suriah, Bashar al-Assad, bertemu dengan tentara Suriah saat mengunjungi Ghouta, Suriah, 18 Maret 2018. SANA/Handout via REUTERS

TEMPO.CO, Damaskus - Istana kepresidenan Suriah mengunggah video Presiden Bashar al- Assad tiba di kompleks istana kepresidenan.

Assad tiba di istana beberapa jam setelah Amerika, Inggris dan Prancis menggelar serangan rudal terhadap tiga target utama instalasi pengembangan senjata kimia di negara itu.

Baca: Amerika Serikat Tak Ingin Terlibat Perang di Suriah

Advertising
Advertising

“Pagi perlawanan,” begitu bunyi judul video yang diunggah di akun kantor Presiden Suriah di layanan Telegram, yang berbasis di Rusia, seperti dilansir Reuters, Sabtu, 14 April 2018.

Gambar yang diambil dari video, memperlihatkan sebuah jet tempur yang lepas landas guna ikut bergabung dalam operasi serangan udara ke Suriah bersama Amerika Serikat, Inggris dan Perancis, 14 April 2018. Courtesy French Military/Twitter/via REUTERS

Di video itu, Assad terlihat mengenakan pakaian resmi jas dan dasi serta membawa koper sambil berjalan memasuki istana berlantai marmer. Video itu berdurasi delapan detik dan Assad terlihat diam sambil berjalan.

Baca: Amerika, Prancis, Inggris Menyerang, Suriah: Itu Agresi Barbar

Tiga negara Barat memutuskan menyerang instalasi senjata kimia Suriah pasca serangan gas kimia terhadap warga Kota Douma, yang sempat dikuasai pasukan pemberontak dan terletak di pinggiran ibu kota Damaskus.

Amerika, Inggris dan Prancis meluncurkan sekitar 100 rudal presisi terhadap instalasi riset dan pengembangan senjata kimia Suriah, yang terletak di Damaskus dan Homs. Belum diketahui apakah ada korban jiwa dari serangan ini.

Namun dalam pernyataan di kantor televisi SANA, pejabat Suriah mengatakan serangan itu tidak berdampak pada pasukan militer Suria, yang ingin mengusai seluruh wilayah dari kelompok pemberontak.

“Agresi barbar ini tidak akan berdampak pada determinasi dan keteguhan rakyat Suriah dan pasukan bersenjata yang tangguh,” begitu bunyi pernyataan dari kantor berita SANA seperti dilansir media Reuters, Sabtu, 14 April 2018.

Media SANA juga melansir pejabat Suriah mengatakan,”Agresi ini hanya akan meningkatkan ketegangan di dunia.”

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengatakan perintah penyerangan rudal presisi ini untuk menghancurkan senjata kimia rezim diktator Bashar al Assad.

“Saya memerintahkan angkatan bersenjata Amerika Serikat untuk meluncurkan serangan presisi pada target yang terkait dengan kemampuan senjata kimia diktator Suriah Bashar al-Assad," kata Trump, seperti dilansir CNN pada 14 April 2018.

PM Inggris, Theresa May, juga membuat pernyataan soal serangan militer Inggris ke Suriah. "Kami tidak dapat mengizinkan penggunaan senjata kimia di Suriah, di jalanan Inggris, atau di mana pun di dunia kita. Perilaku keji ini harus dihentikan untuk melindungi orang yang tidak bersalah di Suriah,” seperti dikutip media Daily Mail, 14 April 2018.

Baca: Vladimir Putin: Rudal Setan 2 Tak Bisa Dihancurkan Siapapun

Sedangkan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengatakan serangan bersama Amerika Serikat dan Inggris dilakukan karena sudah ada bukti rezim Assad bertanggung jawab atas serangan kimia pekan lalu di kota Douma, Suriah. “Garis merah yang ditetapkan oleh Prancis pada Mei 2017 telah dilewati,” kata Macron.

Berita terkait

Inggris akan Bangun Tugu Peringatan bagi Tentara Muslim Pahlawan Perang Dunia

18 menit lalu

Inggris akan Bangun Tugu Peringatan bagi Tentara Muslim Pahlawan Perang Dunia

Inggris membangun tugu peringatan perang untuk jutaan tentara Muslim yang bertugas bersama pasukan Inggris dan Persemakmuran selama dua perang dunia

Baca Selengkapnya

Irlandia Kewalahan Hadapi Naiknya Jumlah Imigran

19 jam lalu

Irlandia Kewalahan Hadapi Naiknya Jumlah Imigran

Dampak dari diloloskannya RUU Safety of Rwanda telah membuat Irlandia kebanjiran imigran yang ingin meminta suaka.

Baca Selengkapnya

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

1 hari lalu

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

Percepatan bantuan militer senilai US$6 miliar ke Ukraina mencerminkan kepanikan yang dirasakan oleh pemerintahan Joe Biden dan Kongres AS

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

1 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

2 hari lalu

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

TikTok berharap memenangkan gugatan hukum untuk memblokir undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden.

Baca Selengkapnya

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

3 hari lalu

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

Polisi Prancis membubarkan unjuk rasa pro-Palestina di Paris ketika protes-protes serupa sedang marak di Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

3 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Deretan Aktris Korea Selatan yang Menikah Dengan Chaebol

5 hari lalu

Deretan Aktris Korea Selatan yang Menikah Dengan Chaebol

Kisah cinta dengan kalangan chaebol juga dialami sejumlah aktris Korea Selatan.

Baca Selengkapnya

Mengintip The Black Dog, Pub yang Disebut Taylor Swift dalam Album Barunya

5 hari lalu

Mengintip The Black Dog, Pub yang Disebut Taylor Swift dalam Album Barunya

The Black Dog, pub di London mendadak ramai dikunjungi Swifties, setelah Taylor Swift merilis album barunya

Baca Selengkapnya

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

5 hari lalu

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

Ada 10 negara yang paling tidak aman di dunia dan tidak disarankan untuk berkunjung ke sana. Siapa saja?

Baca Selengkapnya