Amerika Serikat: Kuburan Massal Rohingya di Myanmar Mengganggu

Jumat, 2 Februari 2018 12:00 WIB

Pengungsi muslim Rohingya, Mohammad Karim, 26 tahun,menunjukkan sebuah rekaman video kuburan massal Gu Dar Pyin, Myanmar, di kamp pengungsi Kutupalong, Bangladesh. [Photo: AP]

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat mengaku sangat terganggu dengan laporan temuan kuburan massal di negara bagian Rakhine, Myanmar. Laporan itu menyebutkan, militer terlibat dalam pembunuhan minoritas muslim Rohingya.

Kantor berita Associated Press sebelumnya telah mengkonfirmasi mengenai keberadaan lima kuburan massal yang tak pernah dilaporkan di Desa Gu Dar Pyin, Myanmar, melalui serangkaian wawancara dengan korban selamat di kamp pengungsi Bangladesh serta menyaksikan bukti rekaman video.

Baca: Myanmar Mendadak Larang PBB Masuk, Dipicu Temuan Kuburan Massal?

Jenazah pengungsi Rohingya ditemukan di dalam hutan perbatasan Malaysia dengan Thailand. [Photo: Reuters]

"Kami benar-benar sangat terganggu dengan laporan keberadaan kuburan massal di Myanmar," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, Heather Nauert, kepada wartawan di Washington.

Advertising
Advertising

"Kami perlu hati-hati menyaksikan semua ini. Kami fokus pada pemberian bantuan untuk memastikan siapa yang bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia ini," ucapnya.

Sementara itu juru bicara PBB, Stephane Dujarric, mengatakan bahwa laporan tersebut sangat mengganggu dan meminta kepada Myanmar memberikan akses ke lokasi temuan kuburan massal tersebut.

"PBB sangat menaruh perhatian terhadap kemungkinan terjadinya pembunuhan massal," ujarnya seperti dikutip The Guardian.Tim forensik memeriksa tengkorak kepala manusia yang diambil dari kuburan massal yang berada dalam hutan dekat perbatasan Malaysia di Thailand, 2 Mei 2015. Sekitar 30 kuburan yang digali didiga imigran dari Myanmar dan Bangladesh. REUTERS/Damir Sagolj

Pemerintah Myanmar berkali-kali mengelak bahwa kuburan massal seperti di Gu Dar Pyin tidak pernah ada. Myanmar hanya mengakui satu kuburan massal berisi 10 teroris di Desa Inn Din.

Baca: Pertama Kali, Militer Myanmar Akui Bunuh 10 Etnis Rohingya

Tetapi laporan AP memperlihatkan militer Myanmar membantai penduduk sipil dan memasukkannya ke dalam kuburan massal berisi puluhan orang. Aksi sadis serdadu Myanmar itu dibenarkan oleh sejumlah korban selamat sebagaimana mereka katakan kepada wartawan yang dikutip oleh situs berita Independent.ie.

Menurut para korban selamat, anggota militer Myanmar itu membantai tidak hanya dengan senapan, pisau, peluncur roket dan granad, tetapi mereka juga menggunakan sekop untuk menggali lubang serta air keras untuk membakar wajah dan tangan sehingga mayat tidak bisa dikenali.

Berita terkait

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

5 jam lalu

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

Mahasiswa Irlandia mendirikan perkemahan di Trinity College Dublin untuk memprotes serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

18 jam lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

21 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

23 jam lalu

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

Kepolisian Los Angeles mengkonfirmasi bahwa lebih dari 200 orang ditangkap di LA dalam gejolak demo mahasiswa bela Palestina. Bagaimana kronologinya?

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

23 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

1 hari lalu

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

1 hari lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

1 hari lalu

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

Kementerian Luar Negeri Belgia mengatakan pihaknya "mengutuk segala ancaman dan tindakan intimidasi" terhadap Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)

Baca Selengkapnya

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

1 hari lalu

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

Para pejabat Hamas dan CIA dijadwalkan bertemu dengan mediator Mesir di Kairo untuk merundingkan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

1 hari lalu

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.

Baca Selengkapnya