TEMPO.CO, Jakarta - Militer Myanmar untuk pertama kali mengakui tentaranya melakukan pembunuhan massal terhadap 10 orang etnis Rohingya di Desa Inn Din, negara bagian Rakhine, pada 2 September tahun lalu.
Sejumlah tentara Myanmar membunuh 10 orang etnis Rohingya saat operasi menindak keras pemberontak Rohingya akibat seorang pria Rakhine tewas dibunuh saat itu. Namun militer Myanmar menyebut 10 korban yang tewas dibunuh tentaranya itu sebagai teroris Bengali, bukan Rohingya.
Baca: Kuburan Massal Ditemukan di Rakhine, Myanmar Larang Penyelidik Rohingya PBB Masuk
"Beberapa penduduk Desa Inn Din dan anggota keamanan mengaku mereka membunuh 10 teroris Bengali," ujar pernyataan militer Myanmar di akun Facebook-nya, seperti dikutip dari Channel News Asia, 11 Januari 2018.
Pernyataan militer Myanmar ini juga dianggap sebagai pernyataan yang pertama untuk membenarkan adanya kuburan massal Rohingya di Rakhine.
Baca: Di Bangladesh, Pengungsi Rohingya Myanmar Sulit Cari Kuburan
Dari pernyataan ini menunjukkan 10 orang etnis Rohingya itu lebih dulu ditangkap sebelum dibunuh. "Keputusan itu dibuat untuk membunuh mereka di pemakaman," ujar pernyataan itu.
Gelombang pengungsi Rohingya meninggalkan rumahnya menyeberang ke Bangladesh terjadi sejak militer Myanmar melakukan operasi penangkapan Rohingya, yang dituduh milisi atau teroris, pada akhir Agustus lalu.
Sebelumnya, para pemberontak Rohingya atau Arsa menyerang sejumlah pos polisi dan militer di Rakhine dan dibalas dengan operasi militer.