Putin Sebut Strategi Keamanan Trump Agresif

Reporter

Budi Riza

Editor

Budi Riza

Sabtu, 23 Desember 2017 07:01 WIB

Presiden Donald Trump, berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, saat berjalan menuju sesi foto dalam acara KTT APEC di Danang, Vietnam, 11 November 2017. Trump dan Putin menyetujui sebuah pernyataan tentang Suriah, saat berbincang ketika sesi foto. REUTERS/Jorge Silva

TEMPO.CO, Moskow -- Hubungan Amerika Serikat dan Rusia menghangat pasca pengumuman strategi keamanan nasional Amerika Serikat oleh Presiden Donald Trump pada awal pekan ini, yang dikritik Presiden Rusia Vladimir Putin.


Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan strategi Trump itu sebagai agresif. Dia menuding AS dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menyiapkan kekuatan militer besar di perbatasan Rusia.

Baca: Raja Salman Telepon Putin Bahas Perang Yaman

"AS baru saja membuka strategi pertahanannya. Jika dilihat dari bahasa diplomatik, strategi itu jelas menyerang. Dan jika kita lihat dari bahasa militer, itu jelas agresif," kata Putin seperti diberitakan kantor berita TASS dan dikutip USA Today, Jumat, 22 Desember 2017. "Kami harus memasukkan pertimbangan soal ini ke dalam kerja praktis kami sehari-hari."

Advertising
Advertising

Baca: Putin, Presiden Pertama yang Kunjungi Suriah dalam 7 Tahun

Trump mengumumkan strategi keamanan nasional pada awal pekan ini dengan memilih dua negara sebagai rival utama, yaitu Cina dan Rusia, yang dinilai mencoba menantang kekuatan , pengaruh dan kepentingan AS. Kedua negara ini dituding mencoba melemahkan keamanan dan kesejahteraan AS. Trump menyampaikan strategi ini lewat pidato, yang menurut sebagian media AS, bergaya ala kampanye.


Kongres AS memang mewajibkan semua Presiden AS untuk menjabarkan strategi keamanan nasional pada tahun pertama mereka terpilih.


Putin, yang berbicara pada sesi acara Kementerian Pertahanan Rusia, yang digelar di luar Kota Moskow, mengkritik apa yang disebutnya sebagai 'infrastruktur menyerang' yang dibangun di Eropa. Dia menyebut pemasangan sistem persenjataan canggih di dekat perbatasan Rusia ssebagai pelanggaran terhadap Perjanjian Kekuatan Rudal Nuklir Jarak Menengah 1987, yang melarang penggunaan misil canggih jarak pendek dan menengah. Perjanjian itu ditandatangani Presiden AS Ronald Reagan dan Presiden Uni Sovyet, Mikhail Gorbachev, pada saat itu.


Putin menuding sistem pertahanan misil AS yang dipasang di Rumania terdiri dari misil pencegat, yang juga terdiri dari misil jelajah jarak menengah dari darat ke darat. Ini disebut melanggar perjanjian tadi.


Putin juga menyoroti sistem pertahanan misil jelajah dan misil balistik, yang mampu mengenai target pada jarak 500 km hingga 5500 kilometer.
"Setiap perubahan pada kekuatan militer dan lingkungan politik di dunia harus dimonitor secara seksama baik yang dekat langsung dengan perbatasan maupun secara regional," kata Putin sambil meminta Kementerian Pertahanan meningkatkan kemampuan militer.


Menurut Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, dalam pertemuan itu, NATO telah menggandakan jumlah latihan perang sejak 2012 di dekat perbatasan Rusia. Jumlah tentara yang dilibatkan juga naik drastis dari 10 ribu ke 40 ribu dalam tiga tahun saja. Menurut Putin, kemampuan rudal nuklir Rusia bersifat strategis dan mampu untuk melawan ancaman yang muncul.

USA TODAY | TASS | RT

Berita terkait

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

2 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

6 hari lalu

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Badan-badan intelijen AS sepakat bahwa presiden Rusia mungkin tidak memerintahkan pembunuhan Navalny "pada saat itu," menurut laporan.

Baca Selengkapnya

Kedubes: Rusia Jadi Lebih Kuat di Bawah Sanksi Barat

8 hari lalu

Kedubes: Rusia Jadi Lebih Kuat di Bawah Sanksi Barat

Kedutaan Besar Rusia untuk Indonesia mengatakan industri Rusia kini menjadi lebih kuat meski banyak disanksi oleh Barat.

Baca Selengkapnya

Seorang Pria Bakar Diri di Luar Gedung Pengadilan Saat Trump Disidang

13 hari lalu

Seorang Pria Bakar Diri di Luar Gedung Pengadilan Saat Trump Disidang

Seorang pria membakar dirinya di luar gedung pengadilan New York tempat persidangan uang tutup mulut bersejarah Donald Trump.

Baca Selengkapnya

Putin Buka Suara Soal Serangan Israel, Iran Sebut Terpaksa

14 hari lalu

Putin Buka Suara Soal Serangan Israel, Iran Sebut Terpaksa

Putin menelepon Ebrahim Raisi untuk membahas serangan Iran ke Israel.

Baca Selengkapnya

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

22 hari lalu

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

Bekas Presiden AS Donald Trump menolak undangan Presiden Volodymyr Zelensky untuk menyambangi Ukraina.

Baca Selengkapnya

Trump: Kehormatan bagi Saya Masuk Penjara karena Melanggar Perintah Pembungkaman

24 hari lalu

Trump: Kehormatan bagi Saya Masuk Penjara karena Melanggar Perintah Pembungkaman

Trump telah mengaku tidak bersalah atas 34 dakwaan pemalsuan catatan bisnis dan menyangkal pernah bertemu dengan Stormy Daniels.

Baca Selengkapnya

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

28 hari lalu

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

Sekjen NATO mendesak Amerika Serikat tetap bersatu dengan Eropa, meski seandainya Donald Trump kembali berkuasa di Gedung Putih

Baca Selengkapnya

Trump Dikabarkan Baru-baru Ini Berbicara dengan Mohammed bin Salman

29 hari lalu

Trump Dikabarkan Baru-baru Ini Berbicara dengan Mohammed bin Salman

Arab Saudi adalah tempat yang dikunjungi Trump setelah dilantik sebagai Presiden AS pada 2017.

Baca Selengkapnya

Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir

34 hari lalu

Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menyindir Donald Trump, yang akan menjadi pesaingnya lagi dalam pemilihan presiden AS yang akan datang pada bulan November.

Baca Selengkapnya