Soal Yerusalem, Turki Ancam Israel Putuskan Hubungan Diplomatik
Reporter
Choirul Aminuddin
Editor
Choirul Aminuddin
Selasa, 5 Desember 2017 19:03 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengancam memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel jika Amerika Serikat benar-benar mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
"Yerusalem adalah garis merah bagi umat muslim," kata Erdogan, Selasa, 5 Desember 2017, seperti dikutip Al Jazeera.
Baca: Amerika Serikat Masih Berat Pindahkan Kedutaannya ke Yerusalem
Sejumlah laporan Jumat pekan lalu menyebutkan, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mempertimbangkan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Bahkan Amerika akan memindahkan kantor kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Rencana Amerika Serikat ini mendapatkan protes dari para pemimpin dunia yang khawatir ketegangan di Timur Tengah kian meluas. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan kepada Trump melalui telepon, status Yerusalem harus diputuskan melalui jalan damai antara Israel dan Palestina.
Sementara itu, Liga Arab menanggapi rencana Trump tersebut dengan menggelar pertemuan darurat, Selasa, 5 Desember 2017, guna membicarakan perkembangan status Yerusalem.
"Pertemuan itu digelar sesuai dengan permintaan Palestina," tulis Al Jazeera, Selasa.
Penasihat politik Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan, Palestina akan menghentikan kontak dengan Amerika Serikat jika mereka mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Baca: Donald Trump Ingkar Janji, Tunda Pemindahan Kedutaan ke Yerusalem
English version: Saudi Hopes US Will Not Recognize Jerusalem as Israel's Capital
Status Yerusalem sangat sensitif bagi Israel dan Palestina. Israel mengklaim kota tersebut sebagai ibu kotanya menyusul pencaplokan Yerusalem Timur dalam perang enam hari pada 1967 melawan Suriah, Mesir dan Yordania. Menurut Israel, Yerusalem menjadi kota tak terpisahkan dari negara. Sementara itu, Palestina menganggap Yerusalem Timur adalah ibu kota masa depan.