Korea Utara Diduga Uji Coba Rudal Berbahan Bakar Solild
Rabu, 15 November 2017 06:01 WIB
TEMPO.CO, Seoul -- Pemerintah Korea Utara telah menghentikan eksperimen senjata nuklir dan peluncuran rudal balistik sejak 15 September 2017. Ini membuat munculnya harapan Korea Utara bisa berdialog dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan.
Namun media Jepang Asahi Shimbun, seperti dikutip media Korea yaitu Korea Herald, mengatakan rezim Kim Jong Un sebenarnya masih aktif mengembangkan teknologi persenjataan mereka.
Baca: Sirene Terdengar Mengerikan di Korea Utara, Ada Apa?
"Pyongyang telah menggelar serangkaian uji coba mesin combustion untuk diisi dengan bahan bakar jenis baru yaitu solid fueled," begitu ditulis Korea Herald, Selasa, 14 Nopember 2017.
Baca: Prajurit Korea Utara Berhasil Membelot ke Korea Selatan
Eksperimen ini, menurut sumber militer yang dikutip secara anonim, dilakukan pada periode antara 15 -- 21 Oktober 2017. Ini diketahui dari foto-foto satelit, yang aktif memfoto berbagai lokasi uji coba nuklir Korea Utara. Foto-foto ini lalu dianalisi oleh lembaga 38 North of the US-Korea Institute di Johns Hopkins School of Advanced International Studies.
Para ahli mengatakan rezim Korea Utara mengambil waktu lebih lama untuk menganalisis situasi sebelum membuat langkah berikutnya. "Program senjata Korea Utara nyaris rampung dan rezim itu menyadari bahwa program ini bisa menjadi game-changer dalam situasi seperti saat ini," kata Koh Yu-hwan, yang merupakan seorang profesor di Dongguk University di Seoul.
Kementerian Luar Negeri Korea Utara sendiri telah menyatakan tujuan utama dari pengembangan senjata nuklir ini adalah "keseimbangan kekuatan" dengan Amerika Serikat. Tindakan provokasi terakhir Korea Utara adalah menembakkan rudal balistik jarak menengah, yang terbang di atas Pulau Hokkaido, yang terletak di bagian utara Jepang. Ini menunjukkan Korea Utara mampu menyerang Pulau Guam, yang merupakan bagian dari wilayah AS.
Dalam suratnya pada Senin kemarin, Korea Utara menyatakan akan melanjutkan pengembangan senjata rudal nuklir. Surat ini ditujukan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres. Surat ini diluncurkan bersamaan pada saat latihan gabungan militer AS, Korsel dan Jepang, yang sedang berlangsung di lautan Pasifik Barat selama empat hari dari 11 -- 14 Nopember 2017.