TEMPO.CO, Jakarta - Suara sirene terdengar di seluruh wilayah Pyongyang, ibukota Korea Utara. Sirene ini disebut sebagai pemberitahuan bahwa pemimpin Korea Utara, Kim Jong Um telah bersiap untuk Perang Dunia III.
Suara sirene itu, menurut jurnalis CNN, Will Ripley yang bertugas di Korea Utara, membuatnya agak ngeri. Orang-orang meningkatkan kewaspadaan mereka lewat media sosial saat sirene terdengar.
Baca: Terungkap, Cara Korea Utara Dapat Uang Asing Danai Program Nuklir
Seseorang menjelaskan suara itu terdengar mengerikan, sementara yang lain menganggap sirene itu menenangkan sebelum badai mengamuk, seperti dikutip dari Express.co.uk, 13 November 2017.
Ribuan warga berpartisipaasi saat merayakan kesuksessan Korea Utara meluncurkan bom hidrogen antar benua di Pyongyang 6 September 2017. KCNA via REUTERS
Sebelumnya, jenderal pensiunan bintang empat Amerika Serikat, Richard Engel saat diwawancarai MSNBC memperkirakan Perang Dunia III yang dipicu permusuhan Korea Utara dengan Amerika Serikat akan pecah sebelum memasuki musim panas tahun depan. Peluang pecahnya perang itu sudah mencapai 51 persen.
Baca: Peluang Perang Dunia III Sudah 51 Persen, Terjadi di Musim Panas
Kemarin, Korea Utara mengeluarkan peringatan di PBB terhadap latihan tempur 3 kapal induk Amerika Serikat dengan sejumlah kapal perang Jepang dan Korea Selatan di perairan Semenanjung Korea.
Peringatan itu dituangkan dalam surat yang ditulis Duta Besar Korea Utara untuk PBB Ja Song Nam kepada Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Gutteres.
"Situasi terburuk terjadi di dan sekitar Semenanjung Korea," kata Ja Song Nam dalam suratnya, seperti dikutip dari Channel News Asia, 14 November 2017.
Baca: Tentara Korea Utara Ditembaki Saat Membelot ke Korea Selatan
Duta Besar Korea Utara untuk PBB juga menuding Dewan Keamanan PBB menutup mata atas latihan perang nuklir yang dilakukan Amerika Serikat yang akan membawa bencana kemanusiaan.
Latihan perang yang dimaksud adalah latihan tempur 3 kapal induk Amerika Serikat bersama sejumlah kapal perang milik Jepang dan Korea Selatan di Semenanjung Korea. Latihan ini disebut diarahkan untuk merespons ancaman Korea Utara.