TEMPO.CO, Kabul - Kepala Kantor Politik Taliban Syeh Tayyeb Agha mengundurkan diri beberapa hari setelah kelompok perlawanan bersenjata ini menunjuk seorang pemimpin baru.
Pengumuman pengunduran diri itu disampaikan di tengah sejumlah laporan yang menyebutkan bahwa Taliban sedang dilanda kisruh internal menyusul kabar kematian bekas pemimpin mereka, Mullah Omar.
Selain itu, Agha juga mengutuk bocornya rahasia kematian Omar dua tahun lalu. "Ini adalah kesalahan bersejarah," katanya sebagaimana dikutip Al Jazeera.
Agha menyampaikan pernyataan bahwa pengumuman pengunduran dirinya pada Senin, 3 Agustus 2015, lebih kurang seminggu setelah kelompok ini mengumumkan telah menunjuk pemimpin baru Taliban, Mullah Akhtar Mansoor, usai kematian Omar pada 2013.
"Penunjukan pemimpin Emirat Islam (Taliban) harus di tengah-tengah kaum pemberani, Mujahidin, di benteng pertahanan di dalam negeri Afganistan," kata Agha dalam sebuah pernyataan. Dia melanjutkan, “Penunjukan setiap pemimpin di luar negara membawa dampak sangat buruk.”
Kabar pengunduran diri Agha telah menyebarkan aroma tak sedap mengenai spekulasi keretakan Taliban. “Salah satu di antara alasan pengunduran diri Agha adalah adanya rumor yang menyebutkan Mullah Yaqoob dan Mullah Abdul Manan tidak sreg dengan kepemimpinan Mansoor,” kata Mujib Mashaal, seorang jurnalis Afganistan, melalui akun Twitter.
Terlahir sebagai Syed Tayyab Agha Popolzai di Provinsi Kandahar, Afganistan, Agha telah mendapatkan tanggung jawab dalam kepemimpinan Taliban sebab dia adalah salah seorang yang mendapatkan kepercayaan sepenuhnya sebagai pembantu sang pemimpin. Agha juga dikenal sebagai juru runding Taliban jempolan yang fasih berbicara bahasa Arab dan Inggris.
Menurut berbagai sumber di Afganistan, Omar mempercayainya terkait dengan informasi rahasia yang sangat sensitif dan peran Agha sebagai penerjemah bahasa Inggris serta utusan khusus sebelum invasi Amerika Serikat pada 2001.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN