TEMPO.CO, Ankara - Gelombang protes mulai turun ke jalan di beberapa tempat di Turki, Senin, 17 April 2017, setelah Presiden Recep Tayyib Erdogan mengklaim sebagai pemenang referendum dengan perolehan suara sekitar 51 persen.
Para pengunjuk rasa memprotes penghitungan suara dan menuntut agar penghitungan suara diulang. Sambil berjalan kaki, mereka membawa spanduk besar serta mengepalkan tangan ke atas dan membawa peralatan dapur.
Baca juga: Partai Oposisi Turki Tolak Hasil Referendum
Aksi protes di Distrik Kadikoy dan Besiktas di Bosphorus, Istanbul, diwarnai dengan teriakan para pengunjuk rasa yang menyebut Erdogan sebagai pencuri dan pembunuh. Yang lainnya meneriakkan agar Erdogan mengundurkan diri dari jabatannya.
"Kami berkumpul di Besiktas/Istanbul sekarang. Hasil pemilihan tidak dapat diterima," begitu cuit Zeynep melalui akun Twitter-nya, seperti dikutip dari Euronews.
Baca Juga:
Di Istanbul, unjuk rasa berlangsung damai. Sebaliknya, di Izmir, yang dikenal sebagai daerah tujuan wisata, para pengunjuk rasa baku hantam dengan aparat kepolisian.
Baca juga: Referendum Turki, Strategi 'Serigala Betina' Melawan Erdogan
Bentrokan antara pengunjuk rasa dan sejumlah aktivis partai berkuasa, AKP, terjadi di dekat kantor pusat partai oposisi, CHP, di Istanbul.
CHP telah mengeluarkan pernyataan protes dengan menuntut penghitungan ulang suara. CHP menilai ada kecurangan dengan suara yang belum resmi ikut dihitung.
Referendum perubahan konstitusi Turki diadakan pada Minggu, 16 April 2017. Meski badan pemilihan belum resmi mengumumkan pemenang, dari perolehan suara yang sudah masuk, Erdogan dan para pendukungnya mengklaim sebagai pemenang.
Adapun oposisi menolak klaim Erdogan dan menuntut penghitungan ulang suara yang masuk dengan alasan sejumlah kecurangan terjadi. Tak lama setelah itu para pengunjuk rasa turun ke jalan memprotes hasil penghitungan suara referendum.
BBC | EURONEWS | MARIA RITA