TEMPO.CO, Manila - Pemberontak komunis Filipina mengatakan kelompoknya akan mengakhiri gencatan senjata sepihak yang menyatakan lima bulan lalu dan akan melanjutkan perang gerilya yang sudah merenggut puluhan ribu nyawa.
Sayap bersenjata komunis, Tentara Baru Rakyat (NPA) mengatakan pada Rabu, 1 Februari 2017, gencatan senjata yang disepakati sejak 28 Agustus 2016, akan dihentikan pada 10 Februari 2017. Namun, kelompok itu masih mendukung perundingan damai dengan pemerintah pimpinan Presiden Rodrigo Duterte.
Berita terkait:
Filipina dan Pemberontak Komunis Sepakati Gencatan Senjata
Ribut PKI, Pemberontak Komunis Filipina Dirangkul Duterte
Partai Komunis Filipina Bakal Dapat Jatah Kursi Menteri
"Berdasarkan pengalaman kami dan pihak lain, negosiasi dapat dilakukan saat pertempuran sehingga bisa segera mencapai kesepakatan yang sah untuk menyelesaikan penyebab konflik bersenjata dan meletakkan dasar untuk keadilan dan perdamaian yang abadi," kata juru bicara NPA, Ka Oris dalam satu pernyataan.
Seperti yang dilansir Manila Bulletin pada 1 Februari 2017, NPA juga mengatakan tindakan itu dilakukan karena pemerintah gagal memenuhi kewajibannya untuk memberikan pengampunan dan membebaskan semua tahanan politik.
NPA juga menuduh pemerintah memanfaatkan gencatan senjata untuk menginvasi wilayah mereka.
Penasihat presiden dalam negosiasi damai, Jesus Dureza mengatakan, bahwa pihaknya kecewa dengan keputusan NPA secara sepihak. Padahal wakil dari kedua pihak telah sepakat melanjutkan pembicaraan gencatan senjata bilateral.
Didirikan pada tahun 1968, gerilyawan yang bermarkas di daerah pedesaan itu gagal dalam negosiasi untuk mengakhiri pemberontakan dan partisipasi mereka dalam pemerintah dengan enam presiden Filipina, termasuk Rodrigo Duterte.
MANILA BULLETIN|REUTERS|YON DEMA