TEMPO.CO, Manila - Dalam wawancara sensasional akhir tahun dengan media lokal, Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengaku beberapa kerabat dekatnya telah bergabung dengan kelompok teroris ISIS.
Dengan nada suara tinggi, Duterte menegaskan sepupu-sepupunya akan dihukum dan tidak ada belas kasihan meskipun mereka anggota keluarganya.
Seperti dilansir Independet pada 3 Januari 2017, Duterte mengatakan dia mendapat kabar tentang kerabat dekatnya yang telah berjanji setia kepada ISIS di Mindanao.
Duterte yang juga berasal dari Mindanao dan keturunan Moro, istilah yang digunakan untuk penduduk Islam Filipina, mengaku menerima berita anggota keluarganya bergabung dengan kelompok militan itu.
"Jujur, saya ada sepupu di pihak sebelah sana. Mereka bersama Front Pembebasan Islam Moro (MILF) dan Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF). Saya dengar sebagian bergabung dengan ISIS, "kata Duterte.
Duterte selanjutnya mengerahkan tim keamanan memburu siapa saja yang bergabung menjadi teroris.
"Saya minta maaf, tapi saya hanya melayani negara, bukan pada status hubungan kekerabatan. Kamu adalah kamu dan saya adalah saya, dan saya berkata, 'jika kita bertemu dalam keadaan tidak menyenangkan, biarkan saja'," ujar Duterte.
Duterte juga menegaskan ISIS terlihat berada di mana-mana mengacu pada serangkaian serangan kekerasan yang melanda negara itu, termasuk ledakan di luar gereja menjelang Natal.
"Di Samal, ada ledakan. Di Midsayap, ketika pendeta memberikan khotbah, gerejanya dibom," kata mantan Wali Kota Davao itu.
Sebelumnya, Duterte mengumumkan pemerintah memiliki alasan mencurigai kehadiran perekrut ISIS di negara itu merujuk warga Arab di Mindanao yang mencoba mendoktrin dan merekrut penduduk Islam.
INDEPENDET|RAPPLER|YON DEMA
Baca:
Asia Weekly Nobatkan Presiden Duterte Tokoh Tahun Ini
Jika ISIS Sampai ke Filipina, Duterte Bakal Tempuh Cara Ini