TEMPO.CO, Jakarta - Seorang anggota staf Departemen Keselamatan dan Keamanan PBB atau DSS tewas dan seorang lainnya terluka di Rafah, Gaza. Peristiwa itu terjadi ketika kendaraan PBB yang ditumpangi mereka ditabrak saat melakukan perjalanan ke Rumah Sakit Eropa di Rafah, pada Senin, 13 Mei 2024.
Sekretaris Jenderal António Guterres mengutuk peristiwa itu. Ia menyerukan penyelidikan penuh, kata wakil juru bicaranya, Farhan Haq, kepada wartawan di New York, Senin, 13 Mei 2024.
“Dengan konflik di Gaza yang terus memakan banyak korban, tidak hanya pada warga sipil, tetapi juga pada pekerja kemanusiaan, Sekretaris Jenderal menegaskan kembali seruannya yang mendesak untuk segera melakukan gencatan senjata kemanusiaan dan membebaskan semua sandera,” katanya.
DSS mengawasi keamanan badan-badan dan program-program PBB di lebih dari 130 negara di seluruh dunia.
Saat ditanyai wartawan, Haq mengatakan bahwa PBB masih mengumpulkan informasi mengenai kejadian tersebut. Dia mengkonfirmasi bahwa personel keamanan yang terbunuh adalah anggota staf internasional, yang menandai kematian pertama PBB dalam konflik Gaza.
Secara terpisah, badan pengungsi Palestina PBB UNRWA melaporkan bahwa salah satu anggota stafnya tewas dalam perang tersebut, sehingga jumlah totalnya menjadi 188 orang.
Petugas proyek senior berusia 53 tahun itu tewas pada hari Minggu dalam serangan Israel di pusat kota Deir Al Balah, setelah meninggalkan Rafah.
Israel melakukan serangan besar-besaran di Rafah. Badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, pada Senin, 13 Mei 2024, melaporkan jumlah warga Palestina yang terpaksa meninggalkan Rafah karena serangkaian serangan oleh militer Israel meningkat menjadi 360 ribu orang. Jumlah itu terhitung sejak evakuasi yang pertama dilakukan pada sepekan lalu.
Israel telah meningkatkan serangan sejak 7 Oktober 2023. Lebih dari 35 ribu warga Palestina di Gaza tewas, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak. Bukan hanya itu, 78.400 orang luka-luka.
Tujuh bulan perang Gaza berkecamuk telah membuat Gaza tinggal puing-puing. PBB mencatat sekitar 85 persen penduduk Gaza hidup dalam blokade makanan, air bersih dan obat-obatan. Mahkamah Internasional menyatakan Israel telah melakukan genosida.
Militer Israel sebelumnya telah memerintahkan 100 ribu warga Palestina yang kehilangan tempat tinggal di Rafah agar pindah ke al-Mawasi menjelang serangan ke Rafah. Sejumlah negara telah menerbitkan peringatan ke Israel agar jangan melancarkan serangan militer ke Rafah yang sekarang menjadi tempat berlindung setidaknya 1.4 juta jiwa warga Palestina.
ARAB NEWS | MIDDLE EAST MONITOR
Pilihan editor: Anggota Parlemen Korea Selatan Puji Jokowi: Sosok Revolusioner!