TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Dalam Negeri Pakistan, Chaudhry Nisar Ali Khan melarang perayaan Hari Kasih Sayang (Valentine's Day) di ibukota Islamabad. Pemerintah akan bertindak tegas terhadap siapapun yang kedapatan merayakannya.
Laporan media lokal menyebutkan alasan pemerintah melarang karena sikap kelompok Islam garis keras. Kelompok ini menyebut perayaan Valentine adalah penghinaan terhadap Islam dan karena itu, tidak layak dirayakan di negara Muslim.
Dalam beberapa tahun terakhir, partai politik Islam Jamaat-e-Islami merasa terganggu perayaan Hari Valentine. Kini, pemerintah melarang untuk pertama kalinya.
Gerakan Jamaat-e-Islami, pimpinan mantan bintang kriket Imran Khan, mengancam menutup toko yang menyimpan barang terkait Hari Valentine. Dia juga mengatakan akan memantau sambutan di restoran dan klub di seluruh Pakistan.
Dosen Ilmu Media di Universitas Ziauddin di Karachi, Shahida Kazi, mengatakan popularitas Hari Valentine di Pakistan meningkat seiring dengan informasi yang disebarkan stasiun televisi, radio maupun Internet.
Pakistan bukan satu-satunya negara Muslim yang melarang Valentine's Day, yang dianggap perayaan umat Kristen untuk mengenang Santo Valentinus.
Seperti diilansir Breitbart pada 11 Februari 2016, beberapa kota di Indonesia seperti Banda Aceh dan Mataram juga melarang perayaan Hari Valentine.
Malaysia juga menyatakan bahwa perayaan itu tidak cocok bagi umat Islam. Iran menyebut Hari Valentine sebuah propaganda barat, sehingga telah dilarang sejak 2011.
BREITBART | CHRISTIAN TODAY | IB TIMES | YON DEMA