TEMPO.CO, Jakarta - Serangan brutal di Paris yang menewaskan ratusan orang merupakan kedua kali, dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. Januari lalu, Paris sempat diguncang ketika sekelompok orang menyerang kantor majalah satire Charlie Hebdo.
Teror yang disebut-sebut dilakukan kelompok radikal ISIS menimbulkan traumatik tak hanya bagi warga Prancis tapi juga para pelancong. Insiden yang mencekam ini membuat banyak turis dan pebinis bergegas meninggalkan kota yang menjadi salah satu ikon wisata dunia itu.
Simo Calder, koresponden media asal Inggris, Independent, peliput masalah pariwisata, menyebutkan dalam jangka panjang, dua insiden penyerangan ini akan berimbas buruk terhadap sektor pariwisata Prancis.
Pascapenyerangan yang menewaskan ratusan orang itu, Presiden Prancis Francois Hollande langsung memerintahkan untuk menutup perbatasan dan juga melakukan pengawasan di setiap perbatasan di Prancis. Pengawasan terhadap sarana transportasi umum di bandar udara dan stasiun kereta api ditingkatkan. Terutama kereta super cepat Amsterdam, Belanda,-Paris yang pada Agustus lalu diserang pria bersenjata otomatis--tiga orang terluka, dua di antaranya kritis. Stasiun Metro dan RER-jaringan kereta api cepat yang menghubungkan Paris dan pinggirannya-ditutup.
Namun tak semua sarana transportasi publik tidak beroperasi. Eurostar, layanan transportasi kereta api yang menghubungkan Paris dengan London tetap beroperasi secara normal. Namun petugas menyarankan agar penumpang memeriksa jadwal satu jam sebelum keberangkatan, bukan seperti biasanya 30 menit.
INDEPENDENT | SETIAWAN ADIWIJAYA