TEMPO.CO, Washington DC - Kurang dari 24 jam setelah Ahmed Mohamed bertemu Presiden Obama, keluarganya memutuskan sudah waktunya buat mereka untuk meninggalkan Amerika untuk selamanya.
Ahmed Mohamed, remaja Islam yang sempat ditahan di sekolahnya karena dituduh membuat bom itu memilih untuk menetap di Qatar.
Seperti yang dilansir Washington Post pada 21 Oktober 2015, Ahmed, 14 tahun, menerima tawaran beasiswa pendidikan dari Yayasan Pendidikan, Sains dan Pengembangan Lingkungan Qatar.
Menurut keluarganya, yayasan tersebut menawarkan tempat untuk Ahmed dalam Program Desainer Muda. Ahmed menerima beasiswa penuh untuk studi sekolah menengah dan perguruan tinggi.
"Setelah pertimbangan cermat dari semua tawaran yang kami terima, kami ingin mengumumkan bahwa kami telah menerima tawaran dari Qatar Foundation untuk Ahmed," kata keluarga Mohamed dalam siaran pers pada Selasa 20 Oktober 2015.
"Qatar adalah tempat yang menarik untuk dikunjungi. Saya suka kota Doha karena begitu modern. Saya melihat banyak sekolah yang menakjubkan di sana," kata Ahmed.
"Guru-gurunya juga sangat bagus. Saya rasa, saya akan belajar banyak hal serta bergembira di sana," kata Ahmed dalam sebuah pernyataan.
Pada Senin 19 Oktober 2015, Ahmed mengunjungi White House setelah menerima undangan dari Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama.
Berita penahanan Ahmed, anak imigran dari Sudan tersebar dan mendapat perhatian publik ketika anak itu dilaporkan diborgol setelah dia ditahan di kelasnya. Pihak sekolah menduga jam digital yang dibuat Ahmed adalah sebuah bom waktu.
Gara-gara insiden itu, Ahmed tiba-tiba menjadi seorang bintang di media sosial dengan hashtag #IStandWithAhmed.
WASHINGTON POST|YON DEMA