TEMPO.CO, Canberra - Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, membela diri dalam soal tudingan bahwa Australia memata-matai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ia mengatakan, "Semua pemerintah mengumpulkan informasi dan semua pemerintah tahu bahwa setiap pemerintah lainnya juga mengumpulkan informasi".
Abbott mengatakan, ia telah menerima laporan pagi ini terkait dengan penyadapan itu, tetapi menolak memberikan konfirmasi. "Pemerintah Australia tidak pernah berkomentar tentang masalah-masalah intelijen tertentu," ujarnya berkilah.
Abbott mengatakan, langkah pemerintah dalam menggunakan semua sumber dayanya untuk "membantu teman-teman dan sekutu" dan "tidak menyakiti mereka" sudah benar. Dia mengatakan, kepentingan utama Australia adalah melindungi kepentingan nasional.
Pada kesempatan itu, Abbott menyebut hubungan Australia dan Indonesia sebagai hubungan "yang paling penting". Ia menambahkan bahwa Australia akan melakukan apa saja yang diperlukan untuk menjaga hubungan itu.
Pernyataan itu dikeluarkan Abbot di depan parlemen, setelah pagi ini ABC dan The Guardian mengungkapkan bahwa agen mata-mata Australia telah menyadap telepon pribadi Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. Tak hanya telepon SBY, telepon Ibu Negara Ani Yudhoyono, beberapa menteri, dan orang-orang kepercayaan SBY juga turut disadap.
Berita penyadapan Australia atas Indonesia bukanlah berita penyadapan yang pertama. Sebelumnya, berdasarkan dokumen terpisah yang dibocorkan mantan kontraktor intelijen Amerika Serikat, Edward Snowden, Australia disebut memata-matai Indonesia dan negara-negara lain lewat kedutaan besarnya.
Saat berita tentang penyadapan Indonesia mencuat, pemerintah RI melalui Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengancam akan meninjau kerja sama dengan Australia dalam soal isu-isu penting, seperti penyelundupan manusia dan terorisme.
THE QUEENSLAND TIMES | TRIP B