TEMPO.CO, Jakarta -Malala Yousafzai, murid perempuan asal Pakistan yang ditembak Taliban, merayakan ulang tahunnya yang ke-16 di kantor pusat PBB di New York, Jumat, 12 juli kemarin. Dalam perayaan ulang tahunnya ini Malala berpidato dan meminta seluruh pemimpin dunia agar memberikan akses yang besar kepada anak-anak untuk memperoleh pendidikan yang layak.
Untuk cita-cita dan tujuannya tersebut, Malala menerima dukungan petisi sekitar tiga juta orang di seluruh dunia. Bahkan dia telah bertemu Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki Moon.
Malala ditembak oleh militan Taliban pada Oktober 2012 lalu, dalam perjalanan ke sekolah di Mingora, kawasan Lembah Swat di dekat perbatasan dengan Afghanistan. Dia menjadi sasaran Taliban karena memperjuangkan hak pendidikan untuk perempuan.
Malala yang menulis catatan harian ketika Taliban menguasai kawasan Swat, tiga tahun lalu. Taliban melarang pendidikan bagi perempuan.
Paska penembakan, Malala menjalani pengobatan di Birmingham Inggris sambil tinggal di kota ini, setelah ayahnya mendapat tugas di bagian pendidikan Konsulat Jenderal Pakistan di Birmingham.
Sebelum berpidato Malala mengatakan, "Ini adalah kesempatan bagi kaum muda di planet ini untuk secara bersama-sama mengatakan kepada dunia, bahwa kami akan memperoleh pendidikan, baik itu di rumah, di sekolah atau tempat lainnya."
Kaum muda dari 80 negara yang berbeda telah tiba di New York. Mereka sangat antusias untuk mendengarkan pidato dan mendukung aksi Malala.
"Ini merupakan ulang tahun istimewa bagi gadis seperti Malala. Dia sangat heroik menyerukan ancaman serius untuk anak-anak dan dunia pendidikan," kata Richard Werb, salah seorang pemuda asal London yang sengaja meluangkan waktunya datang ke New York.
Sementara Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon mengatakan, "Di banyak tempat di dunia, banyak siswa seperti Malala dan guru mereka terancam diserang, bahkan dibunuh," kata Moon.
Acara ini menandai Malala Day yang diselenggarakan oleh mantan perdana menteri Inggris, Gordon Brown. Saat ini Brown menjadi Utusan Khusus PBB untuk pendidikan dunia.
HADRIANI P/ BBC/ AFP/ CNN/ DOWN.COM