TEMPO.CO, Jakarta - Amnesti Internasional mendapat sejumlah foto satelit terbaru, yang memperlihatkan adanya kebakaran besar di kawasan yang dihuni warga etnis Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar.
Foto-foto satelit ini mendukung tuduhan dunia internasional mengenai adanya usaha sistematis militer Myanmar untuk melakukan bumi hangus rumah dan desa warga etnis Rohingya di negara bagian Rakhine. Tindakan brutal militer Myanmar ini ditengarai sebagai upaya untuk mengusir warga etnis minoritas Rohingya dari negara bagian Rakhine.
Baca: Surat Terbuka Peraih Nobel Kritik Aung San Suu Kyi Soal Rohingya
Direktur Amnesty International, Tirana Hassan, mengatakan foto-foto ini sebagai bukti-bukti yang tidak terbantahkan yang secara jelas menggambarkan adanya kejahatan terhadap kemanusiaan.
Baca: Aung San Suu Kyi Batal Hadiri Sidang Majelis Umum PBB
“Ada pola yang sistematis dan jelas telah terjadi pelanggaran di sini. Pasukan pemerintah Myanmar mengepung sebuah desa, menembaki warga yang panik dan berupaya menyelamatkan diri. Tentara lalu membakar rumah warga. Dalam bahasa hukum ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan, yaitu sebuah serangan sistematis dan memaksa deportasi warga sipil,” kata Tirana.
Dugaan ini diperkuat dengan rekaman video warga desa etnis Rohingya saat mereka berusaha melarikan diri dari rumah mereka menuju Bangladesh. Rekaman video ini diperoleh media The Guardian.
Rekaman video itu menunjukkan kebakaran besar yang terlihat dari kejauhan. Terlihat barisan warga etnis Rohingya berjalan mendaki jalan hutan yang berlumpur. Ada juga tayangan rombongan warga yang berusaha menyeberangi sungai sambil membawa karung dan keranjang penuh dengan barang-barang mereka.
Rekaman yang diterima The Guardian ini belum bisa diverifikasi karena akses media ke daerah konflik benar-benar dibatasi pihak militer.
Hasil tangkapan gambar satelit Amnesti ditegaskan dengan kesaksian pengungsi Rohingya. Mereka menyatakan telah mendapat peringatan sebelumnya bahwa akan ada penyerangan oleh militer Myanmar dan disuruh pergi dari desa mereka. Namun, saat mereka berusaha menyelamatkan diri keluar dari rumah dan desanya, warga etnis Rohingya malah ditembaki dan diserang dengan senjata tajam secara acak oleh tentara Myanmar.
“Pihak militer menyerang pukul pada 11.00 pagi. Mereka mulai menembaki rumah dan orang-orang, hal ini berlangsung sekitar satu jam, “ kata Myo Thu Gyi, salah satu warga Rohingya yang berasal dari Maungdaw, daerah dekat perbatasan Bangladesh-Myanmar.
“Ketika orang-orang melarikan diri, mereka menyiram rumah-rumah dengan botol berisi bensin dan membakarnya dan menembakkan roket. Pembakaran berlangsung selama tiga hari. Sekarang tidak ada rumah di daerah kami, semuanya hangus terbakar.”
Sensor satelit menunjukkan setidaknya terjadi 80 kebakaran besar di Rakhine Utara sejak 25 Agustus 2017, ketika tentara Myanmar mulai melancarkan operasi militer pasca penyerangan pos polisi oleh kelompok militan Pembebasan Arakan Rohingya (ARSA). Bukti-bukti itu menunjukkan tempat tinggal etnis Rohingya telah menjadi target penyerangan militer Myanmar. Tindakan brutal militer Myanmar ini disebut dunia internasional dan organisasi HAM sebagai “pembersihan etnis.”
Juru bicara Presiden Myanmar, Zaw Htay, mengakui pada Rabu lalu bahwa sekitar 500 desa menjadi target penyerangan “sapu bersih” oleh militer Myanmar. Ini disebut sebagai balasan militer Myanmar terhadpa serangan kelompok ARSA pada 25 Agustus lalu.
THE GUARDIAN | DWI NUR SANTI