TEMPO.CO, Beijing - Para Ilmuwan China mendeteksi adanya peningkatan radiasi yang kecil namun berkala di daerah perbatasan dengan Korea Utara.
Peningkatan level radiasi ini terjadi di daerah otonom Korea Changbai, kawasan urban China terdekat dengan wilayah uji nuklir Korut, Punggye-ri, dari 104.9 nanogray per jam pada hari Minggu, 3 September 2017, menjadi 108.5 nanogray per jam pada hari Selasa, 5 September 2017.
Peningkatan radiasi yang ditangkap oleh stasiun pengawas itu disinyalir akibat dari tes senjata nuklir yang dilakukan Korut beberapa minggu kebelakang.
Namun, dikutip dari South China Morning Post, para ilmuwan tersebut mengatakan peningkatan radiasi ini bisa jadi merupakan fenomena alam dan tidak ada kaitannya dengan tes senjata nuklir.
Professor dari Peking University, Guo Qiuju - seorang ahli proteksi radiasi - mengatakan terlalu dini untuk menentukan penyebab dari peningkatan radiasi tersebut. Menurutnya, dalam keadaan normalpun tingkat radiasi akan selalu berubah-ubah.
Baca juga:
"Jika sesuatu yang buruk terjadi, saya merupakan salah satu orang pertama yang akan diberitahu," ujarnya.
Ia juga mengatakan saat ini tingkat radiasi belum sampai pada level yang membahayakan kesehatan.
Peningkatan level radiasi yang berkisar 20 nanogray per jam menurutnya masih aman. Fenomena ini biasanya terjadi akibat efek dari angin, hujan, dan sinar kosmik.
"Tapi, dibutuhkan perhatian khusus jika terus terjadi peningkatan," kata Guo.
Selain peningkatan radiasi, beberapa tanah longsor dengan skala besar juga terdeteksi akibat dari peledakan 100 kiloton bom hidrogen oleh Korut di kawasan uji senjata nuklir, Punggye-ri.
ADAM PRIREZA