TEMPO.CO, New York—Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres akan mengunjungi wilayah Israel dan Palestina untuk pertama kali. Kunjungan yang dilakukan Guterres, termasuk ke Jalur Gaza, akan dilakukan pada akhir bulan ini.
Dilansir NDTV, Jumat, 4 Agustus 2017, Guterres akan mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin Israel, mendatangi Ramallah untuk bertemu pemimpin Palestina Mahmoud Abbas, serta menuju ke Jalur Gaza, yakni PBB menjalankan program bantuan untuk Palestina.
Kunjungan itu akan berlangsung selama tiga hari dan dimulai pada 28 Agustus mendatang.
Baca: PBB dan Uni Eropa Kecam Pengesahan Permukiman Israel
Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, menyambut gembira rencana tersebut. Ia mengatakan kunjungan itu akan memungkinkan Guterres membangun hubungan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
"Kami sangat senang dengan kunjungan itu. Ini adalah kesempatan besar bagi Sekjen (sekretaris jenderal) PBB untuk mengetahui tentang Israel dan bertemu para pemimpin Israel, termasuk memahami tantangan yang dihadapi Israel," kata Danon.
Adapun Duta Besar Palestina untuk PBB, Riyad Mansour, menyebut kunjungan ini sangat penting serta menunjukkan fokus PBB terhadap penderitaan rakyat Palestina.
“PBB telah terlibat sejak lama dan akan terus terlibat hingga semua masalah Palestina diselesaikan berdasarkan hukum internasional,” ujar Mansour.
Kunjungan tersebut merupakan upaya diplomasi untuk menghidupkan kembali diskusi perdamaian antara Israel dan Palestina yang sempat menemui jalan buntu. Hubungan antara PBB dan Israel pun sempat tegang karena perluasan permukiman Yahudi yang dikecam dunia internasional.
Baca: Lawatan Ke-7 Negara, Sekjen PBB Awali dengan Turki
Sejak menggantikan Ban Ki-moon pada 1 Januari 2017, Guterres sangat berhati-hati dalam pendekatannya terhadap konflik Israel-Palestina. Tindakan itu dianggap pula sebagai tanggapan atas tuduhan Amerika Serikat bila PBB bersikap bias terhadap Israel.
Kabar terakhir tentang kerusuhan di Al-Aqsa sempat membuat Guterres menyerukan penghormatan terhadap status quo di tempat-tempat suci. Saat itu, Israel memasang detektor logam di kompleks tersebut dan membatasi ibadah warga Palestina di masjid itu.
ARUTZ SHEVA | NDTV | SITA PLANASARI AQUADINI