TEMPO.CO, Gaza— Pemimpin kelompok militan Palestina, Hamas, menyampaikan permohonan langsung pada Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Hamas meminta Trump untuk memanfaatkan kesempatan bersejarah dan mencari solusi terbaik bagi rakyat Palestina.
Pemohonan ini diungkapkan Khaled Meshaal dari Doha, Qatar dalam wawancara dengan Nic Robertson dari CNN, Rabu 3 Mei 2017.
“Trump memiliki keberanian yang tidak dimiliki pemerintahan Amerika sebelumnya,” kata Meshaal.
Baca: Hamas Akui Palestina Sesuai Perbatasan 1967 Tapi Tak Akui Israel
Komentar Meshaal ini disampaikan menyusul pertemuan perdana Trump dengan Presiden Palestina Mahmud Abbas di Gedung Putih hari ini. Pertemuan ini digelar setelah Trump menyatakan dirinya mengupayakan kesepakatan besar antara Israel-Palestina.
“Ini merupakan kesempatan bersejarah untuk menekan Israel, untuk mencari solusi yang pantas bagi rakyat Palestina. Dan ini akan menjadi kredit tersendiri bagi dunia yang beradab dan pemerintahan Amerika untuk menghentikan kegelapan yang kita derita sejak bertahun-tahun," ujar Meshaal.
Pada Senin lalu, Hamas merilis dokumen kebijakannya yang baru. Meshaal menyebut hal ini menjadi kesempatan bagi Trump untuk memperbaiki kegagalan pemerintahan sebelumnya dalam mencapai kesepakatan atas isu Israel-Palestina.
"Ini merupakan permohonan dari saya kepada pemerintahan Trump, pemerintahan Amerika yang baru, untuk meloloskan diri dari pendekatan yang salah di masa lalu dan tidak mencapai hasil. Dan mungkin untuk mengambil kesempatan yang diberikan dokumen Hamas," ujarnya.
Baca: Lebih dari Seribu Tahanan Palestina di Israel Mogok Makan
Dokumen kebijakan baru Hamas itu untuk pertama kalinya mengindikasikan kesediaan Hamas dalam menerima gagasan negara Palestina dengan perbatasan 1967, sebelum Israel menduduki Tepi Barat, Gaza dan Yerusalem Timur.
Perbatasan 1967 itu diakui secara luas oleh dunia internasional, sebagai lokasi negara Palestina di masa depan, yang berdampingan dengan Israel. Hal itu disebut sebagai solusi dua negara.
Selama beberapa dekade AS fokus pada solusi dua negara Israel dan Palestina, seperti yang kini diakui dokumken Hamas. Namun pada Februari lalu, saat menggelar konferensi pers dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih, Trump menyatakan AS tidak lagi mengejar solusi dua negara.
CNN | SITA PLANASARI AQUADINI