TEMPO.CO, Bagdad - Lembaga pemerhati hak asasi manusia Iraqi Observatory for Human Rights melaporkan, jumlah korban tewas akibat serangan udara pasukan koalisi di Mosul, Irak, mencapai 500 orang.
Otoritas Irak di Kota Mosul menuntut dilakukannya investigasi terbuka menyusul pembunuhan ratusan warga sipil oleh pasukan koalisi melalui serangan udara, Kamis, 23 Maret 2017.
Berita terkait: Kuburan Massal Kekejaman ISIS Ditemukan di Irak
Selain itu, Dewan Distrik Mosul mendesak segera dihentikannya serangan udara di sebelah barat kota dan menyatakan kawasan itu sebagai daerah bencana.
"Dua hari dari sekarang, kami mendesak lembaga pertahanan sipil membantu menyelamatkan warga di sana," kata otoritas setempat.
Sekitar 230 orang, hampir sebagian besar kaum perempuan dan anak-anak, tewas akibat menjadi sasaran gempuran udara pasukan koalisi di tiga distrik di Mosul.
Berita terkait: Bom Kembar Meledak di Pesta Perkawinan Irak
Militer Irak akan menerapkan taktik baru guna menyerang beberapa kawasan di Mosul untuk melindungi warga sipil di daerah tersebut.
"Taktik baru itu antara lain militer akan mengerahkan penembak jitu," kata juru bicara Pasukan Gerak Cepat Irak.
Mengutip BBC, PBB kaget terhadap laporan banyaknya korban tewas di Mosul akibat serangan udara pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat. PBB mengutip informasi sedikitnya 200 orang tewas terbunuh.
Namun belum ada penjelasan bagaimana dan mengapa sampai pasukan koalisi menewaskan ratusan warga sipil Mosul.
AL ARABIYA | BBC | CHOIRUL AMINUDDIN