TEMPO.CO, Jakarta - Sekelompok penulis Nigeria, kaum cerdik pandai dan tokoh media, Jumat, 20 januari 2017, mendesak Presiden Muhammad Buhari menghentikan penganiayaan terhadap wartawan. Desakan itu disampaikan kepada Presiden Buhari menyusul penahahan terhadap pengasuh media online di Nigeria, Premium Times.
Polisi Nigeria pada Kamis dinihari waktu setempat, 19 Januari 2017, menahan editor Dapo Olorunyomi dan Evelyn Okakwudan, reporter Premiun Times tanpa alasan jelas. Kedua wartawan itu belakangan dibebaskan setelah mendapatkan protes dari kelompok hak asasi manusia Amnesty International.
Baca juga:
Setelah 5 Bulan Ditahan di Batam, Dua Jurnalis Inggris Bebas
Dukung Pembantaian al-Shabab, Jurnalis Somalia
Menurut Amnesty, penangkapan dua wartawan bertentangan dengan kebebasan pers yang dianut oleh negara paling demokratis di Afrika itu.
Dalam secarik surat, 10 tokoh media di negeri itu menulis petisi kepada Presiden Buhari yang isinya meminta agar petugas keamanan menghentikan pelecehan, penahanan, dan penangkapan jurnalis.
"Polisi harus menghormati hukum serta transparan," tulis 10 tokoh media itu.
Penangkapan terhadap dua wartawan itu diduga terkait dengan tulisan yang dimuat di Premium Times. Media ini menurunkan tulisan yang membuat militer marah dengan mengatakan puluhan tentara hilang dan kepada staf angkatan bersenjata sedang dalam penyelidikan terkait dengan berbagai aset.
"Premium Times dituding mengumbar fitnah dan melakukan pencemaran nama baik," kata Reuters.
Angkatan Bersenjata Nigeria melalui siara pers mengatakan, lembaganya akan melakukan gugatan ke pengadilan terhadap Premium Times karena dianggap menyebarkan berita bohong dan menuntut media itu meminta maaf.
"Pemberitaan Premium Times menyerang pribadi Kepala Staf Angkatan Darat Letnan Jenderal Tukur Buratai dan militer Nigeria."
Preimum Times dalam pemberitaanya juga menyebutkan sejumlah tentara hilang di timur laut Nigeria setelah berperang dengan pemberontak Boko Haram.
REUTERS | CHOIRUL AMINUDDIN