TEMPO.CO, Jakarta - Satu dekade lalu, kelompok jihad Boko Haram pertama kali menculik 276 siswa dari sebuah sekolah perempuan di Chibok di Negara Bagian Borno, Nigeria. Beberapa gadis belum pernah dibebaskan. Inilah pertama kali penculikan massal marak di negara terpadat di Afrika tersebut.
Taktik tersebut telah diadopsi oleh geng-geng kriminal selama bertahun-tahun kemudian. Tanggal 7 Maret, kabar penculikan massal kembali terdengar. Anak-anak sekolah, beberapa siswa yang lebih tua dan anggota staf sekolah diculik di kota Kuriga, di negara bagian Kaduna barat laut Nigeria, dalam penculikan massal pertama di negara tersebut sejak 2021.
Apa motif pelaku?
Tidak ada afiliasi ideologis dalam kejahatan ini. Dengan memburuknya perekonomian Nigeria dan tingkat kemiskinan, penculikan hampir menjadi kejadian sehari-hari dalam beberapa tahun terakhir. Mereka meminta tebusan untuk para sandera yang diculik.
Penculikan massal pekan lalu juga bermotif sama. Pihak berwenang setempat mengatakan kepada Reuters pada hari Rabu bahwa para penculik meminta uang tebusan sebesar 1 miliar naira, atau lebih dari $620.000, untuk pembebasan anak-anak yang diculik.
Pada Senin malam, sekitar 60 orang diculik di Buda, di negara bagian yang sama, kata warga – sehingga total orang yang diculik di seluruh negeri dalam dua minggu pertama Maret menjadi hampir 750 orang, menurut Amnesty International.
“Penculikan untuk mendapatkan uang tebusan telah melampaui motivasi penculikan lainnya, terutama alasan politik,” kata firma riset SBM Intelligence dalam laporannya pada Juli 2023.
Bagaimana pemerintah Nigeria menanggapi?
Menteri Penerangan Mohammed Idris mengatakan pada hari Rabu bahwa posisi pemerintah adalah bahwa pasukan keamanan harus menjamin pembebasan para sandera tanpa membayar uang tebusan sepeser pun. Membayar untuk membebaskan sandera telah menjadi kejahatan di Nigeria sejak 2022 dan dapat dikenakan hukuman penjara minimal 15 tahun.
Penculikan ini menghancurkan keluarga dan komunitas yang harus mengumpulkan tabungan mereka untuk membayar uang tebusan, sering memaksa orang tua untuk menjual harta paling berharga mereka seperti tanah, ternak dan biji-bijian untuk menjamin pembebasan anak-anak mereka.