TEMPO.CO, Ankara - Jabhat Fatah al-Sham, kelompok teroris yang sebelumnya bernama Front Al-Nusra, mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan Duta Besar Rusia untuk Turki, Andrey G. Karlov, di Ankara.
Klaim itu disampaikan kelompok yang terafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) tersebut lewat surat elektronik, Rabu, 21 Desember 2016.
Karlov ditembak seorang pria bersenjata saat berpidato dalam pembukaan pameran foto sebuah galeri seni di Ankara, Senin, 19 Desember 2016.
Berdasarkan hasil penyelidikan pihak berwenang, pelaku yang tewas empat jam kemudian merupakan polisi berusia 22 tahun.
Sebelumnya, polisi Turki menangkap sejumlah tersangka yang diduga terkait dengan aksi teror tersebut. Sebanyak 13 orang ditahan melalui pengejaran di Ankara, Izmir, dan Aydin.
Keluarga keenam tersangka pelaku juga ikut ditahan. Beberapa dari mereka dilaporkan terkait dengan organisasi Fethullah Guelen (Feto), yang dituduh Ankara mengorganisasi kudeta yang gagal pada Juli lalu.
Klaim kelompok teroris pemberontak pemerintah Presiden Bashar al-Assad itu diduga sebagai tindakan balas dendam terhadap operasi penumpasan terorisme yang digelar Rusia di Aleppo.
Selama ini, Moskow mendukung pemerintah Suriah dalam memberantas pasukan pemberontak.
Awal tahun ini, para pemimpin Front al-Nusra menyatakan berpisah dengan Al-Qaeda. Mereka menyatakan memberikan dukungan kepada ISIS dan mengubah namanya.
Pemimpin kelompok itu, Abu Mohammad al-Julani, mengumumkan bahwa kelompoknya berubah nama menjadi Jabhat Fateh al-Sham (Front Penaklukan Suriah).
SPUTNIK | TASS | YON DEMA