TEMPO.CO, Tokyo - Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe akan menjadi pemimpin Jepang pertama mengunjungi Pearl Harbor di Hawai pada bulan ini. Tapi dia mengatakan tidak akan meminta maaf kepada korban serangan pesawat tempur Jepang pada 1941 tersebut.
"Tujuan kunjungan ini adalah untuk memperingati pahlawan yang gugur, bukan untuk meminta maaf," kata Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga dalam konferensi pers di Tokyo, Selasa, 6 Desember 2016.
Baca Juga:
Sikap Shinzo itu meniru tindakan Presiden Amerika Serikat Barack Obama saat melakukan kunjungan bersejarah pertama kali presiden Amerika Serikat ke Hiroshima. Saat itu Obama menyebutkan penderitaan korban serangan bom nuklir pertama kali di dunia oleh pesawat Amerika Serkiat ke kota itu, tapi Obama juga tidak minta maaf.
Di Pearl Harbor Perdana Menteri Shinzo hanya akan menghormati tentara Amerika Serikat yang gugur dalam serangan mendadak Jepang itu. Serangan tersebut memicu Perang Dunia ke-2 di Pasifik. Menurut Yoshihide Suga, kunjungan Shinzo untuk meningkatkan aliansi keamanan yang terjalin sejak puluhan tahun lalu antara dua bekas musuh itu .
Shinzo Abe akan menjadi Perdana Menteri pertama negara itu yang mengunjungi Pearl Harbor. Dalam kunjungan itu Shinzo akan berbicara dengan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. “Perdana menteri menegaskan kunjungan itu sebagai tanda bahwa tragedi perang tidak perlu terjadi lagi sekaligus menguatkan komitmen rekonsiliasi Jepang-Amerika Serikat,” kata Yoshihide.
Abe akan berada di Hawaii pada 26 sampai 27 Desember 2015 dan akan mengunjungi situs serangan tentara Jepang. Menurut Yoshihide, perdana menteri akan berdoa bagi korban perang itu.
Kunjungannya itu berlangsung beberapa minggu setelah ulang tahun ke-75 serangan Jepang. Peringatan ke-75 serangan Pearl Harbor jatuh pada 7 Desember 2016. Saat serangan itu sekitar 2.300 orang yang berada di tempat itu termasuk di dalam kapal perang USS Arizona tewas. Selain itu 1100 lainnya terluka dalam seragan yang dilancarkan pesawat torpedo, pembom dan pesawat tempur Jepang.
CHANNEL NEWS ASIA|WASHINGTON POST|YON DEMA