TEMPO.CO, Istanbul - Tangis Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pecah saat melayat Erol Olcak, salah satu pendukungnya, di masjid di Istanbul, Turki. Olcak dan anak lelakinya tewas saat kudeta militer Turki pecah pada Jumat, 15 Juli 2016.
"Kita berbaris di kain kafan pemakaman kita, dan kita akan menghadapi para pembunuh ini, para pemuja ini, para pendukung Fethullah (Gulen)," kata Erdogan seperti dikutip The Guardian, Ahad, 17 Juli 2016.
Erdogan tak mampu meneruskan kata-katanya dan kembali terisak. Olcak merupakan salah satu dari 290 korban tewas dalam kudeta militer tersebut. Olcak merupakan kawan serta sekutu lama Erdogan di Turki. Olcak dan putranya tewas ditembak saat mereka dan ribuan warga Turki memprotes kudeta di jembatan Bosphorous sesaat setelah terjadi kudeta.
Di luar masjid, kekesalan Erdogan sejalan dengan amarah warga yang berkonvoi sambil membawa bendera Turki. Mereka berduka atas tewasnya Olcak dan simpatisan lain. Mereka pun marah dan mengutuk para pembunuh yang terlibat kudeta.
"Kudeta itu merupakan bentuk terorisme," kata Mehmet Aydin, 57 tahun, salah satu pegawai sipil. Ia sengaja datang dari Ankara untuk mendatangi pemakaman bersama keluarganya.
Baca Juga:
Aydin menganggap kudeta itu menunjukkan ketidakpedulian terhadap warga. "Mereka hanya peduli pada pemimpin mereka, bukan warga," ucapnya.
Pemerintahan Erdogan selamat dari aksi kudeta militer setelah warga Turki turun ke jalan dan melawan balik. Setelah aksi ini, 6.000 lebih tentara dan 29 jenderal tinggi di Turki ditangkap.
Erdogan menuduh mereka sebagai bagian dari “kelompok Gulen”. Yang dimaksud Erdogan sebagai dalang aksi itu adalah Fethullah Gulen, ulama Turki yang kini diasingkan di Saylorsburg, Pennsylvania, Amerika Serikat. Gulen sendiri membantah terlibat kudeta.
Dalam aksi kudeta itu, pengkudeta sempat menguasai kota besar Turki, Ankara, dan Istanbul. Selain itu, dalam percobaan kudeta tersebut, militer sempat menduduki bandara internasional Attaturk, Turki, dan satu stasiun televisi sebelum akhirnya menyerah kalah akibat banyaknya warga yang turun ke jalan dan melawan mereka.
THE GUARDIAN | EGI ADYATAMA