TEMPO.CO, Wina - Sekitar jam setengah empat sore, Alexander van der Bellen mengalahkan pesaingnya, Norbert Hofer. Manuver ini terjadi pada putaran terakhir penghitungan suara yang berlangsung dramatis. Secara bertahap, hasil suara dari 117 distrik dilaporkan ke kantor pusat pemilihan umum di Wina. Awalnya Norbert Hofer unggul dengan 144 ribu suara, dengan mayoritas suara dikirim via pos.
Namun, tanpa diduga, situasi berubah drastis. Pada penghitungan akhir, 31.026 suara mengunggulkan Alexander van der Bellen. Dengan usia 72 tahun, Van der Bellen menjadi Presiden Austria kesembilan. Pelantikan akan berlangsung pada 8 Juli 2016.
Van der Bellen, didukung Partai Grüne, memenangi pemilihan umum Presiden Austria paling sengit sepanjang sejarah republik ini. Sebab, jumlah penentu suara unggulan paling sedikit sepanjang sejarah Austria.
Hal sama pernah terjadi pada 1965, saat Franz Jonas (PÖ) unggul atas Alfons Gorbach (ÖVP) dengan 50,69 persen suara. Namun jumlahnya masih kalah sedikit dibandingkan hasil kemarin. Van der Bellen unggul hanya dengan 50,35 persen.
Persaingan di antara dua calon kuat, Hofer melawan Van der Bellen, sempat memanas karena mereka berasal dari dua aliran politik yang bertolak belakang. Dukungan dari partai politik lainnya, seperti haluan merah, hitam, dan pink, serta pendukung Van der Bellen membentuk semacam koalisi politik untuk menghadapi lawannya, Norbert Hofer, seorang yang dikenal populis kanan dan kritis terhadap Uni Eropa, ciri khas FPÖ.
Pemilihan presiden di Austria kali ini mencetak sejarah baru. Belum pernah SPÖ dan ÖVP, dua partai besar di Austria, gagal membawa kandidat mereka ke putaran terakhir. Tidak pernah ketertinggalan jumlah suara sebanyak 14 persen berhasil disusul pada putaran terakhir. Belum pernah hasil pemilu bergantung pada perolehan suara yang demikian sedikit.
Alexander van der Bellen, guru besar di universitas untuk ilmu ekonomi, menjadi anggota parlemen saat berusia 50 tahun. Pada 1997-2008, Van der Bellen menjabat juru bicara Partai Peduli Lingkungan Hidup Grüne. Selama ia menjabat, jumlah keanggotaan partai meningkat dua kali lipat. Sosok Van der Bellen yang tenang dan obyektif dinilai cocok memimpin oposisi yang menghadapi gaya populisme yang mendominasi politik Austria.
WIENER ZEITUNG | TIA CLAUDIA | MARIA RITA