TEMPO.CO, Manila - Pemilihan presiden Filipina telah dimulai pada Senin hari ini setelah kampanye besar yang mengungkapkan rasa kecewa rakyat terhadap pemerintah elitis negara itu karena dianggap gagal menangani kemiskinan dan ketidakseimbangan di balik pertumbuhan ekonomi.
Tempat Pemungutan Suara dibuka sejak pukul 06:00 pagi waktu setempat dan akan berlangsung sampai pukul 5 sore. Para pejabat komisi pemilihan mengatakan bahwa hasil bisa diketahui paling cepat pada Senin malam.
Para pemilih terlihat mengantri di TPS guna memilih presiden dan wakil presiden, Senat, Kongres dan beberapa posisi pemimpin daerah.
Lima calon presiden bersaing memperebutkan suara dari sekitar 90 juta pemilih sah, yakni Senator Grace Poe, Rodrigo Duterte, walikota tangguh dari Davao City, Pulau Mindanao, mantan Menteri Dalam Negeri, Mar Roxas, calon yang direstui Aquino, Wakil Presiden, Jejomar Binay dan Senator Miriam Defensor Santiago.
Duterte yang menang dalam pemilihan wali kota selama tujuh kali berturut-turut di Davao City, Pulau Mindanao.
Jajak pendapat terakhir menjelang pemilu menunjukkan Rodrigo Duterte, memimpin empat pesaingnya untuk menjadi presiden. Duterte unggul 11 poin atas para pesaingnya.
Kampanye Duterte berfokus pada hukum dan perintah tentang kekhawatiran korupsi, kejahatan dan penyalahgunaan narkoba, tetapi bagi banyak yang lain, pernyataannya tentang pembunuhan di luar hukum mengkhawatirkan faksi otoriter masa lalu Filipina.
Duterte, 71 tahun, menjadi sorotan setelah bersumpah untuk membunuh puluhan ribu penjahat, ancaman untuk menghapuskan kongres jika anggota parlemen tidak taat kepadanya, dan berjanji untuk merangkul pemberontak komunis.
Dia juga dibenci di kalangan diplomatik internasional dengan lelucon bahwa ia ingin memperkosa seorang misionaris Australia cantik yang tewas dalam kerusuhan penjara Filipina 1989.
Menanggapi elektabilitas tinggi Duterte, presiden Beniqno Aquino III pada Jumat lalu menyerukan persatuan melawan dia.
CHANNEL NEWS ASIA|YON DEMA