TEMPO.CO, Singapura - Negara-negara di kawasan Asia diperkirakan menggelontorkan anggaran terbesar dalam belanja militernya tahun 2020 menyusul ketegangan geopolitik global yang terus meningkat di kawasan itu.
Hal tersebut diprediksi oleh perusahaan penerbit spesialis militer basis Inggris, IHS Jane's, yang memperkirakan total belanja militer di kawasan Asia Pasifik mencapai US$ 533 miliar (Rp 7163,5 triliun) per tahun hingga akhir dekade ini.
Menurut IHS Jane's, alasan utama melonjaknya biaya ini adalah meningkatnya ketegangan di kawasan, terutama di Laut Cina Selatan dan Semenanjung Korea.
"Proses panjang dalam modernisasi militer akan menjadi agenda utama politik di sejumlah negara," tulis laporan IHS Jane's, seperti dikutip Channel News Asia pada 23 Februari 2016.
Cina diperkirakan tetap menjadi negara yang paling besar membelanjakan anggaran militernya, terlebih setelah mereka menaikkan anggaran belanja militer sebesar 43 persen, dari US$ 134 miliar (Rp 1.800,9 triliun) pada 2010 menjadi US$ 191 miliar (Rp 2.567 triliun) pada tahun lalu. Cina saat ini menyumbang hampir 40 persen dari total belanja militer di kawasan Asia Pasifik.
IHS Jane’s mengatakan Cina kemungkinan akan terus menaikkan anggaran untuk belanja militer hingga US$ 255 miliar atau sekitar Rp 3.427,2 triliun pada tahun 2020 meskipun terjadi pelambatan ekonomi.
Menyusul Jepang dan Korea Selatan masing-masing di tempat kedua dan ketiga, setelah menghabiskan US$ 49 miliar dan US$ 35 miliar pada 2015.
Namun, menurut Content Director di IHS Aerospace, Defence & Security Paul Burton, kedua negara tersebut tidak akan mengeluarkan anggaran melebihi Cina. Jepang akan cenderung statis, sedangkan Korea Selatan tidak akan mampu mengejar peningkatan belanja militer Cina yang naik setiap tahun.
"Cina akan mempertahankan posisinya sebagai kekuatan dominan (dalam hal pengeluaran), dengan anggaran Beijing saat ini sekitar empat kali lipat dari Korea," ucap Burton.
Untuk kawasan Asia Tenggara, terdapat tiga negara yang telah masuk dalam 10 besar negara yang mengalami peningkatan pesat terhadap anggaran pertahanan pada 2015, yakni Filipina, Indonesia, dan Vietnam.
"Negara-negara ini mengikuti jejak Cina, dan kami belum melihat tanda-tanda tren ini akan berakhir," kata laporan itu.
Di antara ketiga negara tersebut, Indonesia dan Filipina yang membuat peningkatan pengeluaran terbesar, masing-masing sebanyak 12,46 dan 20 persen, dalam kurun waktu 2014 sampai 2015.
Peningkatan tensi politik di kawasan Asia Pasifik menyusul Cina yang bersikeras memiliki hak berdaulat untuk Laut Cina Selatan. Wilayah tersebut juga diperebutkan oleh Vietnam, Taiwan, Filipina, Malaysia, dan Brunei.
CHANNEL NEWS ASIA|YON DEMA