TEMPO.CO, Jakarta - Naderev ‘Yeb’ Sano diangkat menjadi Direktur Eksekutif Greenpeace Asia Tenggara. Jabatan Yeb sebelumnya adalah Kepala Delegasi Perubahan Iklim Filipina sejak tahun 2010 dan Direktur Program Perubahan Iklim WWF-Filipina.
Ketua Dewan Pembina Greenpeace Asia Tenggara Suzy Hutomo yakin Yeb akan meningkatkan kerja-kerja terkait dengan perubahan sikap dan perilaku untuk melindungi dan melestarikan lingkungan, serta mempromosikan perdamaian. "Juga melindungi Bumi yang rapuh dari kehancuran. Bersama-sama kita dapat mencapai keadilan lingkungan,” kata Suzy seperti tertulis dalam siaran pers Greenpeace pada Senin, 1 Februari 2016.
Pada saat Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (Conference of the Parties 19) di Warsawa, Polandia, 11-22 November 2013, pidato Yeb memukau dan menyentuh hati ribuan delegasi dari 195 negara.
Dia mengetuk hati para negosiator iklim dengan kisah topan Haiyan yang pekan sebelumnya menghantam Filipina. Badai tropis ini menewaskan sekitar 6.000 orang dan merusak ribuan permukiman warga.
“Sebagai sebuah bentuk solidaritas kepada saudaraku yang tengah berjuang dari kelaparan berhari-hari, saya saat ini menyatakan untuk secara sukarela berpuasa demi iklim. Ini artinya saya tidak akan makan makanan apa pun selama COP berlangsung dan sebuah kesepakatan yang berarti lahir dari forum ini,” katanya. Pernyataan ini langsung mendapatkan perhatian dan penghormatan berupa standing applause dari perwakilan 195 negara yang hadir.
Yeb menyerukan pemimpin delegasi untuk bertindak cepat guna mengatasi persoalan perubahan iklim. Pada saat itu dia mendesak negara-negara di seluruh dunia untuk memberikan komitmen iklim yang kuat dan mengikat.
Dia menegaskan para pemimpin yang berada di konferensi tersebut harus serius membahas persoalan perubahan iklim. “Banyak negara miskin yang akan lebih menderita lagi apabila kita gagal bertindak. Ini adalah saatnya untuk bertindak,” katanya.
Aksi Yeb untuk mogok makan selama dua minggu diikuti ribuan orang di seluruh dunia sejak Konferensi Iklim (COP) Warsawa dibuka.
Yeb menjelaskan bergabungnya dia ke Greenpeace dengan keyakinan bahwa krisis ekologi dunia tidak dapat diatasi melalui kekuasaan, tapi melalui katalisasi gerakan global yang saling menghubungkan semua umat manusia.
“Bumi sedang menghadapi ancaman yang belum pernah terbayangkan sebelumnya, dan tidak ada keraguan bahwa kita harus menemukan cara hidup baru yang sejalan dengan batas ekologi planet ini. Karena itu, saya memutuskan untuk berjuang bersama Greenpeace.”
Menurut Yeb, perjuangan ini tidak dapat dimenangkan dalam batasan-batasan institusi ataupun kenegaraan. Semua orang harus berdiri bersama-sama untuk mewujudkannya.
“Dengan bergabung bersama Greenpeace, saya bergabung dengan jutaan orang dari seluruh penjuru dunia yang membuat pekerjaan fantastis yang dilakukan organisasi ini dapat terjadi,” kata Yeb.
UNTUNG WIDYANTO