TEMPO.CO, Jakarta - Warga Madaya di pinggiran Kota Suriah mengatakan mereka ingin segera pergi dari sana. Warga berujar, kelaparan yang meluas dan melonjak menyebabkan mereka bertahan hidup dengan air dan garam saja. Bahkan seorang aktivis oposisi mengatakan orang-orang di Madaya ada yang makan daun dan tanaman.
"Kami telah melihat dengan mata sendiri anak gizi buruk. Jadi ada kelaparan, dan saya yakin hal yang sama berlaku di sisi lain, di Foua dan Kefraya," kata Yacoub Al Hillo, seorang pejabat PBB yang berbasis di Damaskus, salah satu wilayah di Madaya.
Sebab, konvoi bantuan berupa makanan dan perlengkapan medis pun diberikan di kota yang terkepung tersebut. Truk yang membawa makanan dan perlengkapan medis itu mencapai Madaya—dekat perbatasan Libanon—dan mulai mendistribusikan bantuan sebagai bagian dari kesepakatan perang antara PBB dan Komite Palang Merah.
"Pemberian bantuan diperkirakan berlangsung sepanjang malam," kata juru bicara ICRC, Pawel Krzysiek, seperti dikutip dari Reuters, Senin, 11 Januari 2016.
Pada saat yang sama, konvoi lain pun mulai memasuki dua desa di Suriah, yakni Al-Foua dan Kefraya, di provinsi barat laut Idlib 300 kilometer. Pejuang pemberontak berseragam militer dengan syal yang menutupi wajah dengan sigap memeriksa kendaraan bantuan yang akan masuk.
Puluhan warga dikabarkan tewas di dalam kota akibat kelaparan dan kurangnya perawatan medis. Bahkan sejumlah aktivis mengatakan beberapa penduduk memakan dedaunan untuk bertahan hidup. Foto-foto warga Suriah yang kelaparan dan kurus tersebut juga telah tersebar di media sosial.
Madaya merupakan kota yang dikepung oleh pasukan pemerintah pro-Suriah, sementara dua desa di Provinsi Idlib dikelilingi pemberontak yang memerangi pemerintah Suriah. Di kota tersebut, ribuan orang terperangkap tanpa persediaan makanan dan beberapa di antaranya dilaporkan meninggal akibat kelaparan.
Blokade Madaya telah menjadi isu utama bagi para pemimpin oposisi Suriah yang mengatakan kepada utusan PBB pekan lalu bahwa mereka tidak akan mengambil bagian dalam pembicaraan yang diusulkan dengan pemerintah sampai pengepungan dicabut.
Pengepungan dimulai enam bulan lalu ketika tentara Suriah dan sekutu Libanon, Hizbullah, memulai kampanye untuk membangun kontrol Bashar al-Assad di daerah sepanjang perbatasan Suriah-Libanon.
REUTERS | BAGUS PRASETIYO