TEMPO.CO, New Delhi - Kurangnya pasokan kondom membuat gerakan nasional mengatasi wabah HIV/AIDS di India terganggu. Para pekerja seks mengaku jarang menggunakan kondom ketika melayani klien di New Delhi karena keterlambatan pengadaan oleh negara.
"Saya takut terkena HIV sekarang," kata perempuan yang dilacurkan, yang bernama Shaalu, 32, itu. Dia mengaku sering mengharapkan kondom gratis karena kesulitan membeli sendiri alat kontrasepsi itu. Dia mengaku terlilit utang 4.500 dolar atau sekitar Rp 61 juta. "Pemerintah harus setidaknya memberi kami kondom sehingga kami bisa mendapatkan uang," katanya. "Jika kami terinfeksi, kami akan mati."
Sebuah lembaga advokasi kesehatan, Trust.org, pada 6 November 2015 melaporkan bahwa India telah menyediakan kondom gratis di bawah program pencegahan AIDS berbasis masyarakat. Kondom itu disediakan untuk kelompok berisiko tinggi seperti pekerja seks. Strategi itu, menurut perkiraan Bank Dunia, membantu mencegah 3 juta infeksi HIV antara 1995 hingga 2015.
Tapi data pemerintah yang dirilis pekan lalu menunjukkan sekitar dua pertiga dari 31 unit penanggulangan AIDS India mengalami kekurangan pasokan kondom untuk satu bulan. Beberapa tempat bahkan hanya memiliki persediaan kondom untuk beberapa hari ke depan saja.
Para ahli khawatir bahwa kekurangan kondom ini dapat menyebabkan peningkatan infeksi, terutama di kalangan orang miskin. "Tanpa metode penghalang HIV/AIDS di komunitas mereka adalah bencana," kata Mona Mishra, seorang aktivis yang menjalankan kampanye nasional Momentum AIDS.
Kekurangan kondom dilaporkan terjadi setelah Perdana Menteri Narendra Modi memangkas pendanaan lembaga penanggulangan AIDS India pada Februari 2015.
TRUST.ORG | MECHOS DE LAROCHA